blank
Resto Omah Gecol, Eromoko, Wonogiri, Jateng, menyajikan menu unggulan Ulam Lembaran (Ingkung Ayam) yang diwadah dalam tampah, dilengkapi kuah, sambal dan lalapan.(SB/Bambang Pur)

ULAM LEMBARAN, selalu hadir menyertai Tumpeng Suci dalam sesaji kenduri selamatan yang lazim digelar oleh masyarakat Jawa. Juru doa, menyebut Ulam Lembaran sebagai pengganti nama Ingkung Ayam.

Ingkung, dimaknai sebagai manekung jinangkung. Artinya, doa permohonan yang khusuk niscaya cepat dikabulkan Gusti Allah Kang Maha Kawasa (Tuhan yang Maha Kuasa). Dampaknya, apa yang dicita-citakan segera terwujudkan.

Sekarang, bagi warga masyarakat yang suka Ingkung Ayam, tidak harus menunggu event kenduri selamatan. Sebab Ingkung Ayam, dijadikan menu unggulan di Resto Omah Gecol, Desa Panekan, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri.

Jenisnya, ada Ingkung Ori (orisinil), goreng dan bakar. Diwadah tampah, satu unit peasanan ingkung dapat dimakan bersama oleh 5 sampai 6 orang. Dilengkapi nasi satu cething, lalapan dan sambal. Ada sambal tomat terasi dan sambal bawang. Harganya Rp 120 ribu-Rp 125 ribu per paket.

Kecuali ingkung, Omah Gecol, juga menyediakan menu Garang Asem, Iga Bakar, Ayam Geprek, Ayam Gongso, Asem Manis, Nasi Goreng, Soto, Bakmi, Capcay dan lain-lain. Tersedia pula beragam jenis minuman panas dan dingin. Termasuk adakalanya menyediakan jamu tradisional Jawa (kunir, asem, beras kencur).

Lokasi Omah Gecol. berada di tepi ruas jalan raya Wonogiri-Pracimantoro (Wonogiri) Kilometer 30. Yakni pada jalur Wonogiri (Jateng)-Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tempatnya strategis, untuk lokasi singgah makan minum atau sebagai rest area, bagi warga yang melakukan perjalanan lintasprovinsi Wonogiri (Jateng)-Gunungkidul (DIY).

Tradisional

”Hitung-hitung, sudah sekitar setahun ini saya membuka Omah Gecol sebagai pusat destinasi wisata kuliner,” ujar Pemilik Omah Gecol, Eko Pranowo, yang juga menjabat sebagai Kepala SMP Negeri 1 Giriwoyo, Wonogiri. Tatakelolanya, memadukan manajemen resto, angkringan dan venue, yang mengacu pada nilai-nilai tradisional Jawa.

blank
Resto Omah Gecol, hadir menjadi destinasi wisata kuliner yang cocok didatangi individu perseorangan, keluarga dan rombongan komunitas. Bisa untuk acara ulang tahun, syukuran, dan juga untuk mantu, rapat dan pertemuan.(SB/Bambang Pur)

Ada tujuh bangunan rumah Limasan Jawa didirikan berdampingan di kompleks Omah Gecol. Ini mengingatkan pada bangunan kuno layaknya sebuah Kademangan di kisah Mataram lama. Di sisi selatan, berdiri berjajar tiga rumah limasan lama.

Paling depan diperuntukkan sebagai bangunan Pendapa, yang digandeng dengan rumah tengah dan belakang. Menjadikan ruangannya tersedia luas, dan siap dijadikan tempat resepsi pengantin atau mantu. Di belakangnya, ada rumah ganti untuk merias pengantin, dan rumah panggung yang diberi nama Mbah To.

Di sisi selatan, berjejer gazebo atau bila di Pulau Bali sering disebut sebagai Bale Bengong. Diberi nama Gemah, Ripah, Toto, Raharja. Di utara bangunan induk. tersedia rumah limasan yang bisa dipakai untuk ruang rapat-rapat atau pertemuan komunitas. Yang dinding pemisahnya, dipasang belasan ukiran topeng kayu yang dikemas dalam hiasan Sewu Rai (seribu wajah).

Pada halaman muka dan belakang serta samping, dilengkapi dengan aneka permainan anak-anak, seperti ayunan dan jomplingan. Yang keberadaannya di-setting sedemikian rupa, dipadukan dengan taman bunga. Rumah masak (dapur) yang menyatu dengan ruangan outlet dan kasir, berada di sisi depan arah timur laut.

Salah seorang pengunjung Omah Gecol, Dewi, memberikan kesan positif. ”Ingkung ayamnya gedhe (besar), empuk dan lembut, bumbunya meresap dan kuahnya mantap serta harganya terjangkau,” ujarnya. Nuansanya alami pedesaan, nyaman dan damai. Bagian depan dan belakang, dikepung lahan pertanian semusim. Pada sisi belakang, menjulang perbukitan yang menghijau. ”Angin perbukitan sepoi-poi berhembus sejuk,” tambahnya.
Bambang Pur