blank
Nur Ahmadi menyampaikan materi di hari pertama P5

Oleh: Istifaiyah

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan bagian dari implementasi kurikulum merdeka di sekolah. Dalam satu tahun ajaran, sekolah diharapkan melaksanakan tiga projek.

Ada tujuh tema yang dapat dipilih untuk dikembangkan di SMP yaitu gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, bhinneka tunggal ika, bangunlah jiwa dan raganya, suara demokrasi, rekayasa dan teknologi, dan kewirausahaan.

Pada P5 yang ketiga ini, SMPN 1 Mlonggo mengambil tema Kearifan Lokal tentang Seni Ukir. P5 yang bertajuk Mengukir Menumbuhkan Semangat Berkarya di SMPN 1 Mlonggo ini diikuti oleh murid kelas 7 dan 8 sejumlah 680 anak.

blank
Murid mengukir di meja masing-masing secara bergantian

Tim P5 mendatangkan narasumber tenaga ahli ukir dan ahli finishing agar murid mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.

Kegiatan ini diawali dengan pemaparan materi dan penjelasan projek oleh Nur Ahmadi, S. Pd. I yang merupakan guru Pendidikan Agama Islam dan Pembina Ekstrakurikuler Seni Ukir di SMP Negeri 1 Mlonggo sekaligus ketua tim P5.
Ia juga tergabung dalam Asosiasi Seniman Ukir Jepara. Pada hari pertama,
murid diberikan gambaran umum cara mengukir dan finishing.

Pada hari kedua murid melakukan literasi mencari referensi tentang motif ukir, cara menggambar dan mewarnai. Setelah itu murid praktik menggambar motif ukir di kertas manila dan mewarnainya dengan crayon, spidol atau pensil warna dengan pendampingan dari fasilitator. Fasilitator merupakan guru mata pelajaran di kelas sesuai jadwal.

Hari berikutnya murid praktik mengukir di meja yang sudah disiapkan dari rumah. Murid didampingi Nur Ahmadi dan dua orang tenaga ahli ukir yaitu Ali Mashadi dan Edi Suyono. “Seni Ukir merupakan salah satu kearifan lokal Jepara. Tujuan dari pengambilan tema ini adalah untuk melestarikan Seni Ukir melalui kegiatan pembelajaran di sekolah.

blank
Siswa belajar finishing

“Seni Ukir perlu dikenalkan tidak hanya berupa materi tetapi dengan praktik langsung. Melalui kegiatan ini diharapkan murid menjadi lebih menghargai budaya sendiri dan Seni Ukir semakin di hati” ujar Eko Sulistiyanto, S. Pd. Kons, M. Pd, selaku Kepala SMPN 1 Mlonggo sebelum murid praktik mengukir.

Tahapan selanjutnya, murid melakukan proses finishing dengan didampingi Mansur sebagai tenaga ahli finishing dan Nur Ahmadi. Murid belajar finishing dengan teknik semprot dan kuas untuk hasil yang maksimal. Alat dan bahan disediakan oleh sekolah.

“Proses mengukir dan finishing itu mengajarkan kesabaran dan kegigihan. Kalian harus sabar melakukan prosesnya dari awal sampai benar-benar menjadi meja yang bagus”, pesan Nur Ahmadi menyampaikan filosofi mengukir di akhir sesi finishing.

Kegiatan yang berlangsung selama seminggu ini berjalan dengan lancar dan membuahkan hasil karya sebuah meja dengan ukiran yang indah. Pembuatan laporan tulis dan video kegiatan menjadi akhir dari rangkaian kegiatan P5.

“Saya sangat senang mengikuti kegiatan P5 ini. Sangat seru. Bisa belajar langsung dari ahlinya”, ungkap Gita murid kelas 7D di dalam jurnal refleksi hariannya.
Sejatinya setiap pendidik adalah pengukir. Ahli ukir mengukir di atas kayu, sedangkan guru mengukir murid yang memiliki hidup lahir dan batin. Seorang guru menggoreskan nilai-nilai kebajikan yang terpatri sepanjang hayat.

Penulis adalah Guru SMP Negeri 1 Monggo