blank
Dr Benny Susetyo dan sutradara Bayu Skak tampil sebagai narasumber dalam Workshop bertajuk 'FYP: For Your Pancasila Penguatan Content Creator Wilayah Jawa Timur' di Dome Theater Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Selasa (06/05/2024). Foto: Dok RBS

MALANG (SUARABARU.ID) -Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Workshop bertajuk ‘FYP: For Your Pancasila Penguatan Content Creator Wilayah Jawa Timur’ di Dome Theater Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Selasa (06/05/2024).

Tampil sebagai narasumber, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo, dan influencer, sutradara film, youtuber, Bayu Skak. Juga hadir Sekretaris Utama BPIP, Tonny Agung Arifianto, Sekretaris Daerah Kota Malang, Erik Setyo Santoso, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Nazaruddin Malik, Kepala Biro Fasilitasi Pimpinan, Hubungan Masyarakat dan Administrasi, Mahnan Marbawi, hadir dan mendukung penuh kegiatan workshop ini.

Dalam workshop yang diikuti sekitar 500 orang ini,  Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Benny Susetyo, menyatakan bahwa tagline BPIP: Pancasila dalam Tindakan, harus benar-benar diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Pancasila harus menjadi living dan working ideology bagi masyarakat Indonesia. Living ideology artinya Pancasila terwujud dalam nilai-nilai, seperti persatuan, gotong royong, dan working ideology itu berarti semua masyarakat Indonesia harus bekerja untuk mewujudkan sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh masyarakat,” ujar Benny.

Benny menyatakan, seharusnya masyarakat Indonesia tidak terbuai dan terlena dengan tren yang ‘kosong’.  “Tren dengan kata-kata yang vulgar, konten kekerasan, olok-olok, harusnya kita matikan. Konten yang bernilai harmoni, persatuan, dan mencerminkan nilai musyawarah mufakat,  itulah yang harusnya ditampilkan dan digaungkan terus,” tandas doktor komunikasi politik ini.

Etika Pancasila, tambahnya, harus benar-benar menjadi inti dan isi dari kehidupan berbangsa dan bernegara. “Itulah cerminan Pancasila dalam Tindakan. Untuk anak muda, itu bisa di-influence dari konten-konten media yang diproduksi. Maka, kalian, para content creator, ciptakanlah konten-konten yang memunculkan nilai Pancasila,” katanya.

Pakar komunikasi politik ini menyatakan bahwa untuk membuat konten-konten tersebut, content creator harus belajar.

“Semua harus memiliki tiga hal, pengetahuan. Itu semua bisa didapatkan dari membaca banyak pengetahuan dan literatur. Lalu, etos kerja, disiplin, tidak mudah menyerah, dan kreatif, dan perasaan, yaitu harus memiliki passion dan tenggang rasa serta rasa empati. Jangan praktek KKN, nepotisme, jalan pintas, pakai fasilitas, ordal, itu dilestarikan,” jelasnya.

“Anak muda harus punya perasaan juara. Berani bertanding, berani berproses. Dan mau belajar, naikkan kemauan untuk literasi, membaca dan mendapatkan pengetahuan. Dengan begitu, konten menjadi berisi. Konten Pancasila bisa menjadi berisi dan memberikan edukasi.”

Benny menyatakan content creator jangan menjadi ‘pensil patah’, tetapi menjadi ‘majalah Bobo’.

“Maksudnya? Pensil patah itu pecundang. Mudah patah. Mudah cepat kalah. Terlalu banyak pertimbangan tanpa berani bertindak. Jangan seperti itu. Jadilah ‘majalah Bobo’. Banyak ilustrasi, ringan, lucu, tetapi mendidik. Maka kemaslah konten kalian dengan bahasa ringan tapi berbobot. Nilai Pancasila masuk ke dalam berbobot tersebut,” ujarnya.

Dia mengajak menciptakan konten-konten dengan mempromosikan nilai Pancasila. Jika suka dengan kuliner, maka promosikan kuliner Indonesia. :Jika suka dengan fashion, promosikan budaya berpakaian Indonesia. Berisi, berbobot, dan mendidik. Gali jiwa kreativitas, skill, dan memperkaya pengetahuan dengan membaca. Itu sudah menjadi pengamalan nilai Pancasila; pancasila dalam tindakan,”  tandasnya.

Jangan Malu pada Budaya Sendiri

Sementara B sutradara film, youtuber, Bayu Skak, dalam paparannya tentang bagaimana membuat konten yang menunjukkan nilai Pancasila, menyatakan bahwa semua orang Indonesia jangan sampai malu dengan budayanya sendiri.

“Indonesia itu multietnik dan multikultural. Jangan malu dengan budaya yang kita miliki. Kita cenderung malu, kita malah ‘oke kan’ budaya lain, seperti budaya Jepang dan Korea,” sebutnya.

Sutradara dan pemeran dari film Yowis Ben ini pun menjelaskan bahwa Pancasila dan nilai-nilainya bisa menjadi sesuatu yang ‘keren’.

“Saya sudah membuat konten-konten tersebut, bisa dicek. Di Yowis Ben dan Lara Ati, saya masukkan adegan-adegan kecil yang memunculkan kesatuan persatuan, toleransi; kecil, memang, tapi manis, bermakna. Itu bukti konten Pancasila bisa menjadi keren. Kami, saya dengan partner, membuat animasi Roh Garuda. Kenapa? Makin miris rasanya, anak-anak tidak tahu Pancasila. Lewat animasi ini, kami mau mengenalkan lagi Pancasila, untuk bisa digaungkan dan dikenalkan lebih kepada anak-anak kecil.

National pride kita adalah menjunjung tinggi nilai Pancasila. Maka, kita harus gaungkan nilai Pancasila. Lewat konten media, itulah kita bisa gaungkan nilai Pancasila.”

RBS-wied