blank
Tradisi Bada Apem di Jepara. (Foto Amien).

Oleh: Amien Ridwan

JEPARA (SUARABARU.ID)- Lantunan Ya Qowiyyu…Ya Qawiyyu…Ya Qawiyyu menggema beriringan dengan dimulainya ritual tradisi Bada Apem. Lantunan Asma’ul Husna ini memiliki arti Allah Maha Kuat dan kokoh. Bagi sebagian masyarakat mungkin perayaan “Bada Apem” terkesan aneh dan tidak memiliki akar historis. Akan tetapi, bagi masyarakat Jepara itu sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun.

blank

Setiap daerah memiliki hari yang berbeda. Berdasar atas waktu pelaksanaan Bada Apem yang dilakukan. Di sini tampak terlihat  hubungan yang sangat erat antara Islam (doa bersama) dengan kebudayaan Jawa (Jumat Wage) di bulan Apit (dzulqo’dah) meskipun ada juga yang dilaksanakan pada hari Jumat pon di bulan Syawal.

blank

Biasanya, warga Jepara khususnya warga Desa Sukodono, membawa kue apem untuk dikumpulkan di masjid atau langgar terlebih dahulu, berdoa bersama, baru dibagikan kembali. Terutama bagi yang kurang mampu. Namun ada juga langsung dibagikan ke tetangga kiri-kanan.

blank

Hawa dingin pagi ini menyelimuti jepara, anomali cuaca yang terjadi beberapa hari belakangan juga terjadi di sebagian besar wilayah negara ini. Di tengah balutan hawa dingin, suara alunan Alquran, shalawat dan qasidah religi menggema di berbagai penjuru mushalla dan masjid desa memecah kebekuan.

blank

Ritual Bada Apem tidak jauh beda dengan Bada Kupat. Ada banyak kesamaan. Warga yang datang membawa berbagai keperluan yang dibutuhkan untuk disajikan di mushalla atau masjid.

blank

Merayakan keduanya tidak hanya sekedar bancakan makan makan, namun Bada apem menjadi simbol permohonan agar seluruh jepara menjadi kuat aqidah, maupun secara ekonomi serta tolak bala’ dan keselamatan dunia ahirat. Dzikirnya mendengung mengangkasa, mendirikan bulu roma. YAA QOWIYYU… YAA QOWIYYU…. YAA QOWIYYU. mengagungkan Asma Allah, dan gunging Asma Rosulullah.

blank

Yang terjadi kemudian adalah cerita tutur yang berkembang menjelaskan bahwa tradisi Bada Apem diciptakan agar masyarakat dapat kembali saling memaafkan. Mengingat, kata apem konon diambil dari bahasa Arab, Afwu yang berarti maaf. Fakta ini semakin menguatkan bahwa harmonisasi antara Islam dan Jawa sudah lama terjalin. Melalui bahasa salah satunya.

blank

Orang Jawa, memang penuh perlambang. Mungkin bisa saja mohon maaf lewat kata, bahkan lewat WhatsApp. Namun mereka memilih cara yang lebih ‘elegant’. Dengan berbagi.

(Penulis adalah pegiat Sejarah dan Kebudayaan Jepara, tinggal di Surodadi, Kedung Jepara)