Amir Machmud NS
DI HARI FITRI
sorongkanlah hati ke lapang ikhlas
menjabat rasa menyambut indah
menepis luka perih mengusik
telah purna, kataku
kupilih menetak jejak baru
dengan rasa mengharu biru
dengan hati jernih menyatu.
(2024)
Amir Machmud NS
TANDAILAH SAYUP RINDU
tak kau tandaikah sayup rindu
mendesah ke inderamu
mengurung sekuat hasrat?
dan kita bulat bercengkerama
di langit selembut elok kata.
(2024)
Amir Machmud NS
LUKA MAAF YANG MENGANGA
setajam pisau menetak jantung tua
sejuta maaf dari luka menganga
semerah darah memaafkan
segumpal sesal di jejak fana
semegah kau lapangkan dada.
(2024)
Amir Machmud NS
DI SEKEPING JEJAK
ke manakah kau buang sesal
di sekeping jejak yang menggumpal
menjadi kisah sesenyap kelam
sampai hari fitri membuka diri
membenamkannya ke laut apologi.
(2024)
Amir Machmud NS
SEPOTONG PUISI FITRI
sepotong puisi mengintip di sesayup putih takbir
menelusup ke geletar syahdu malam fitri
mata hatinya tak berani menatap langit yang menjadi jingga
bukan lantaran muram luka
bukan karena silau nyala cahaya
dinarasikan berkubang rasa
dalam bahagia memaafkan
tak lagi penting apakah hati-hati lain menyambutnya.
(2024)
Amir Machmud NS
PISAU BERLUMUR KESUMAT
lukakah yang mengerak di jejak lupa
tak pernah henti menyorong rasa
tak jera menggunung maaf?
hati bagai belati berlumur kesumat
mengasah amarah di kering laknat
tak pernah mengertikah aku
tergulung badai di seluas langit muram?
keping-keping maaf makin menjauh
menepis jangkau nalar ikhlas
simaklah kilau cahaya
: takbir dan tahmid bergelombang
mencabik langit dan gemintang semesta.
(2024)
Amir Machmud NS
ATAS NAMA KESALAHAN…
bersaksilah atas nama hari fitri
: kalian sesali angkara
yang menggunung di tanah kuasa
bersaksilah demi hari kemenangan
: kalian cecap kemunafikan
yang sarat wajah kesewenangan
bersaksilah untuk luka manusia
: kalian akui aura kecongkakan
yang mencabik adab dan kemaslahatan
bersaksilah atas nama cahaya
: kalian mesti rela menjura
sejadinya memeras air mata sesal
berjanjilah demi kemanusiaan
: kalian hentikan contoh muram
yang menindas moral kehidupan
atas nama kesalahan
sudahilan tonil keseolah-olahan
ucapkan maaf dalam kefitrian
ucapkanlah…
(08-04-2024)
Puisi-puisi Amir Machmud NS telah terbit dalam delapan antologi: Tembang Kegelisahan (2020), Percakapan dengan Candi (2021), Kematian, Setiap Kali (2021), Melihatmu Menyiram Bunga-Bunga (2022), Dari Peradaban Gunadarma (2022), Siapkan Pakaian Putihku (2022), Kata, Tak Pernah Senja (bersama Sri Busono, 2022), dan Candi, Pagi, dan Kopi (2023).
Sejumlah karya wartawan dan penyair yang tinggal di Semarang itu juga masuk dalam beberapa antologi bersama.