blank
Ilustrasi. Reka: SB.ID

Amir Machmud NS

Lailatulqadar

kaukah atau kau atau engkau atau mungkin kalian yang beruntung bertemu malam sesyahdu itu membawa geletar tipis udara tanpa usik gelombang mengembuskan angin yang mengiris tajam keheningan?

ia mendesir lembut tanpa kata, menghadirkan pesan mencecapkan rasa dengan keyakinan sungguh ini bukan malam yang biasa. Ia senyap tapi bercahaya, bersemburat mengajak kalbu menunduk hormat dalam pesona entah lantaran dari sisi mana ia hadirkan suasana semesta yang sepenuh ketawadukan rukuk dan sujud

kau simaklah langit pun berzikir bersama bulan dan bintang-bintang menanti kehadiran cahaya pada lapis-lapis keheningan seperti pula pepohonan yang takzim menjura dan takkan mampu kita membilang kesyahduan menjadi kelipatan seribu bulan

alam bertafakur dalam sujud dan zikir merentangkan seluas ruang menerima buncah cahaya indah menerbitkan ketaatan semesta menanti para malaikat hadir menarasikan gumam embusan doa keselamatan untuk seluruh alam.

malam kembali melelap dalam kehirukpikukan begitu fajar tiba dan terang cahaya menjadi merah matahari lalu semesta pun bergegas menuju ruang keniscayaan: sebegitu singkatkah pancaran cinta dan cahaya keilahian yang dia serap dari seribu bulan hanya dalam sepenggal malam?

lalu tak kau inginikah setiap malam menjadi sesyahdu lailatulqadar yang melintas penuh siraman kalimah tayyibah?
(2024)

blankAmir Machmud NS, penyair dengan beberapa buku puisi yang diterbitkan seperti Tembang Kegelisahan, Percakapan dengan Candi, Kematian, Setiap Kali (2021), dan Dari Peradaban Gunadarma (2021).