Kewajiban kita adalah berupaya mengurangi atau mengendalikan nafsu yang tidak baik, yang disabdakan Nabi SAW bahwa bagian hitam yang terdapat pada permukaan hati, itu ada karena dosa dan bersarangnya bisikan setan pada diri manusia.
Hati dalam bahasa Arab disebut qalbu, yaitu benda yang tidak tetap, bisa berubah, pagi ingin berbuat baik, malam niat itu hilang lalu berubah menjadi ingin berbuat jahat.
Karena setiap saat terjadi pertempuran dalam hati antara “tentara” putih (kebaikan) melawan tentara hitam (kejahatan). Dan pertempuran itu tidak pernah selesai, selagi manusia masih memiliki ruh dan akal sehat.
Dalam sebuah syair, “Dan tidaklah disebut manusia, melainkan karena ada sifat lupanya. Dan tidak disebut hati melainkan hati itu disebabkan bolak-balik yang mungkin terjadi padanya.”
Agar memiliki hati yang terhindar dari penyakit rohani, ada lima petunjuk yang sering dilantunkan dalam pujian di surau dan masjid, yaitu pujian tamba ati : Tamba ati iku lima ing wernane/Maca quran angen-angen ing maknane/ Kaping pindho weteng ira kudu luwe/ Kaping telu salat wengi lakonana/ Kaping papat zikir bengi engkang suwe/ Kaping lima wong kang saleh kumpulana.
Syair pujian itu artinya, “…. obat hati ada lima macam : Membaca Alquran, meresapi maknanya, perut sering puasa, rajin salat malam, dan zikir malam hari, berteman orang saleh, membaca alquran dan meresapi maknanya.
Tentu, saat membaca Alquran itu dengan hati khusuk. Lidah mengucapkan, hati meresapi apa yang tersirat pada ayat itu, juga memahami makna ayat yang dibaca, dan berjanji mengamalkan dalam perbuatan.
Alquran tidak hanya membahas sorga neraka. Termasuk membahas tentang hal yang diwajibkan dan yang dilarang menurut agama. Alquran mengatur agar kita menjadi orang yang baik.
Membaca Alquran sambil meresapi maknanya itu menjadi obat dari hati yang sakit, karena dalam Alquran terangakum banyak nasihat yang mencakup hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama.
Membaca Alquran malam hari itu untuk mengaji dan mengkaji. Yaitu introspeksi tentang apa yang dilakukan pada siang hari. Jika melakukan kesalahan, malamnya berjanji tidak akan melakukan lagi.
Sebaliknya, jika siangnya berbuat yang baik, perlu dikaji, jangan-jangan yang dilakukan belum baik, karena ada yang kurang ikhlas yang menyebabkan kebaikan itu sia-sia di hadapan-Nya.
Membaca Alquran untuk mengobati hati, tidak harus memilih ayat panjang. Tentang khusyuk dan istikamah (rutin) lebih penting, terlebih lagi membacanya pada malam ketika sebagian orang sudah tertidur.
Membaca Alquran dan mengamalkan isinya, sudah mencakup kebutuhan rohani, Alquran membahas hikmah membaca Alquran, puasa, salat malam, zikir dan bergaul dengan orang saleh sebagai wasilah mencari jalan lurus.
Melaparkan Perut
Agar hati tidak keras, kita mengisi perut dengan bijaksana, mengikuti petunjuk Nabi SAW, berhenti makan sebelum kenyang. Karena kenyangnya perut menyebabkan banyak penyakit dan berat beribadah.
Orang yang kekenyangan mudah mengantuk lalu tidur. Membiasakan makan minum berlebihan itu mengikuti bagian dari nafsu amarah bis-su’ yaitu nafsu Asy-syahwah akibatnya bukan sekedar nafsu itu yang terpuaskan, dan menyebabkan nafsu yang lain pun terbawa.
Karena itu, orang yang melakukan khalwat atau uzlah -menyepi untuk
mensucikan batin- dia mengurangi kenikmatan duniawi, makan, minum, tidur. Menjaga agar lapar selalu menuntun hati, para ahli hikmah membiasakan puasa sunnah. Misalnya, puasa Daud, Senin-Kamis, Dsb.
Bersambung