blank
Jalan Ratu Kalinyamat yang terletak di Desa Krapyak, Jepara. (Foto: Diskominfo)

JEPARA (SUARABARU.ID)- Banyak hal unik yang bisa kita temui di Kabupaten Jepara. Kota paling pojok di utara Pulau Jawa ini selain sebagai pusat kerajinan seni ukir, juga telah melahirkan tokoh-tokoh nasional. Berikut local hero yang namanya diabadikan menjadi sebuah  jalan dari Pati Unus hingga RA. Kartini.

1. Jalan Pati Unus

Jalan Pati Unus ini masuk ke dalam wilayah Kelurahan Jobokuto, Kabupaten Jepara. Nama Pati Unus dikenal sebagai penerus Raden Patah sebagai Sultan Demak II. Pati Unus yang juga dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor ini dikenal sebagai Panglima Perang saat ekspedisi melawan Portugis di Malaka.

blank
Jalan Pati Unus di Kelurahan Jobokuto, Jepara. Berada di samping Pasar Ratu Jepara. (Foto: pribadi).

Ekspedisinya pada tahun 1513 dijalaninya dalam usia yang masih sangat muda, yakni usia 25 tahun. Ekspedisinya yang kedua pada tahun 1521 juga mengalami kegagalan. Dalam pertempuran inilah Pati Unus gugur. Masa pemerintahannya sebagai Sultan Demak dijalaninya dengan singkat. Gugurnya Pati Unus dalam pertempuran melawan Portugis di Malaka membuat dirinya dijuluki sebagai Pangeran Sabrang Lor.

2. Jalan Ratu Shima

Jalan Ratu Shima ini mulai dari Kelurahan Pengkol ke arah Mulyoharjo, Kabupaten Jepara. Salah satu Ratu Jepara yang hidup pada abad ke- 8 Masehi ini dikenal sebagai penguasa Kerajaan Kalingga atau kerajaan Holing yang diyakini berada di sebelah utara kota Jepara. Hal ini menurut catatan Dinasti Tang tahun 618-906 Masehi. Ada sebuah cerita pada tahun 1961 di sebuah desa bernama Blingoh, kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, pernah ada seorang petani bernama Pak Rebinah menemukan sejumlah barang kuno di hutan Donorojo, di antaranya dua buah cincin dengan gambar seorang perempuan dan tulisan berhuruf pallawa berbunyi Sima.

3. Jalan RMP. Sosrokartono

RMP. Sosrokartono, merupakan kakak sekaligus mentor RA. Kartini.  Lahir di Mayong, Jepara pada Rabu Pahing 10 April 1877 Masehi dari pasangan Raden Mas Semangun Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah. Sebagai seorang polyglot atau ahli bahasa yang menguasai 35 bahasa Sosrokartono Menjadi seorang wartawan Perang Dunia I di harian koran The New York Herald Tribune, Sosrokartono melalui seleksi ketat saat mendaftar. Ia berhasil menyingkirkan beberapa pendaftar yang kebanyakan dari Eropa.

Saat terjadi perundingan damai anatara Jerman dengan Perancis yang dilakukan secara rahasia di sebuah gerbong kereta dan di pedalaman hutan Champaigne, Perancis Selatan, serta dijaga ketat oleh tentara, Sosrokartono berhasil meliput perundingan tersebut dan memuatnya di harian The New York Herald Tribune, duniapun dibuat gempar.

4. Jalan RA. Kartini

Jalan RA. Kartini berada di tengah kota Jepara. Dunia mengenal nama RA. Kartini sebagai pahlawan emansipasi wanita. Namun di tempat kelahirannya Jepara, Kartini lebih dari sebagai pahlawan emansipasi wanita. Kartini berjuang untuk kesejahteraan masyarakat Jepara dengan cara mempromosikan seni ukir Jepara.

Jauh sebelum seni ukir dikenal dunia, RA. Kartini sering menceritakan melalui suratnya, bagaimana kemiskinan yang dahsyat akibat kolonialisme menyebabkan para pengukir di Belakang Gunung (saat ini Desa Mulyoharjo Jepara) hidup dalam penderitaan akibat kemiskinan. Kartini adalah seorang yang sangat peka terhadap seni dan budaya. Ketika dia mengetahui bahwa di Belakang Gunung banyak seniman ukir yang hidup dalam kemiskinan, dia menjadi seorang Maecenas (pelindung dan pengembang seni ukir Jepara).

Bahkan sebagai cara mempromosikan seni ukir Jepara, Kartini juga mengirimkan hadiah kepada Sri Ratu sebuah kotak perhiasan yang diukir oleh Singo (Singo adalah seniman ukir paling berpengaruh di Belakang Gunung, dan menjadi penghubung antara Kartini dengan para seniman ukir lainya).

5. Jalan Ratu Kalinyamat

Jalan Ratu Kalinyamat berada di Desa Krapyak, Kecamatan Tahunan. Hampir 500 tahun yang lalu Ratu Kalinyamat telah mengembangkan konsep poros maritim. Dimana Jepara merupakan bandar terbesar sebagai pusat perdagangan antar kerajaan dan antar negara, disamping sebagai pintu masuknya kerajaan Demak. Demi menjaga keamanan laut Ratu Kalinyamat membangun hubungan khusus bidang perdagangan dan militer dengan kerajaan-kerajaan yang memiliki armada laut yang cukup kuat seperti Banten, Cirebon, Aceh, Maluku, Malaka, Bangka, Tanjungpura, Lawe dan Johor.

Menurut Schrieke dalam buku Indonesian Sosiologigal Studies, pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat Jepara telah berkembang menjadi kota pelabuhan yang sangat penting. Dengan kedalaman air yang mampu menampung beban muatan kapal 200 ton lebih, sangat menarik bagi para pedagang untuk menggunakan pelabuhan Jepara sebagai tempat menurunkan atau mengangkut barangnya.

Bersamaan dengan banyaknya pedagang yang menggunakan jasa pelabuhan Jepara, Ratu Kalinyamat mengembangkan industri galangan kapal yang telah dirintis dengan Sultan Hadlirin. Industri galangan kapal ini menurut  H.J. de Graaf dan G. Th. Pigeud termasuk yang terbaik di Asia Tenggara. Bahkan Albuquerque pernh membawa 60 tukang pembuat kapal yang ahli dari Jawa untuk memperbaiki kapal-kapal Portugis yang rusak di India.

ua

blank