blank
Muda-mudi dari GKJ Induk Sanggrahan, Wonogiri, Jateng, ketika memperagakan drama liturgi 13 stasi Jalan Sengsara Yesus di Gunung Giri, Wonogiri.(SB/Bambang Pur)

UMAT KRISTIANI se dunia, Jumat (29/3) besok, serentak akan memperingati wafatnya Isa Al Masih melalui ritual Jumat Agung dalam rangkaian Hari Raya Paskah. Ada 6 agenda tradisi Paskah yang digelar secara tahunan di Indonesia.

Keenam tradisi tahunan peringatan Hari Raya Paskah yang menasional di Tanah Air itu, terdiri atas Kure di Nusa Tenggara Timur (NTT), Ziarah Kapel Tuan Ma dan Samana Santa (Pekan Suci) di Larantuka Flores, Buha-Buha Ijak di Sumatera Utara, Momento Mori di Kalamantan Tengah (Kalteng), dan Jalan Salib di Wonogiri Jateng.

Ritual Jalan Salib ditradisikan berlangsung bertepatan pada Jumat Agung. Yakni hari peringatan penyaliban dan wafatnya Yesus Kristus di Bukit Golgota. Jumat Agung di Kabupaten Wonogiri, Jateng, ditandai dengan menggelar peragaan ritual penyaliban Yesus. Yakni peragaan melalui drama liturgi, yang dikemas dalam 13 stasi jalan sengsara Sang Penebus Dosa.

Disajikan dalam serangkaian gerak teatrikal di dua gunung. Yakni di Gunung Giri yang dilakukan oleh umat dari Gereja Kristen Jawa (GKJ), dan di lereng puncak Gunung Gandul oleh umat Katolik. Ritual yang digelar di dua gunung secara tahunan ini, berlangsung meriah dan dimaknai pula sebagai bagian dari wisata religi. Dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan umat Kristiani bersama masyarakat.

Peragaan Jalan Sengsara Yesus ini, diawali jalan kaki dari lereng bawah. Pemeran Yesus berjalan menanjak sambil memanggul kayu salib. Di kepalanya terpasang Makhota Berduri. Serangkaian adegan teatrikal drama liturgi disajikan di sepanjang perjalanan, untuk memvisualisasikan jalan sengsara Sang Gembala Umat.

Peragaan jalan sengasara Yesus ini, dimainkan sejak dari awal penangkapan, dan sepanjang jalan dilakukan penyiksaan oleh bala prajurit bersenjatakan pecut cemeti, pedang dan tombak.

Puncak Gunung

Penyiksaan berlangsung hingga sampai di puncak gunung. Sebelum kemudian, ditusuk tombak dan wafat, dan disalib pada tiang kayu palang. Pada detik-detik terakhir menjelang hembusan napas terakhir, Yesus berseru dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhthani?”

Serangkaian visualisasi jalan sengsara Sang Penebus Dosa itu, menjadi hidup saat dibarengi dengan penyampaian narasi yang membuat orang menjadi trenyuh (terharu) oleh penderitaannya.

Tapi, karena pandemi Covid-19, ritual yang telah ditradisikan tahunan itu tidak dilangsungkan lagi terhitung sejak Tahun 2020 lalu. Baru pada Tahun 2023 kemarin, ritual peringatan Jumat Agung diadakan lagi di lereng puncak Gunung Gandul. Tapi digelar tanpa peragaan penyaliban Yesus dalam kemasan drama liturgi 13 stasi jalan sengsara Sang Penebus Dosa. Umat katolik, hanya melakukan jalan permenungan di Gunung Gandul.

”Tapi untuk besok, rencananya itu akan digelar kembali bertepatan dengan Jumat Agung,” ujar Elizabeth Maya dari Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul Wonogiri.

Sementara itu, Suwarno, dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Induk Sanggrahan, Wonogiri, menyatakan, untuk tahun ini Umat Kristiani dari GKJ belum menggelar lagi peragaan Jalan Sengsara Sang Penebus Dosa, sebagaimana yang dulu pernah dilaksanakan di Gunung Giri.
Bambang Pur