blank
Mud Volcano atau gunung api Bledug Kramesan di Ngaringan, Grobogan. Foto: Badan Geologi

GROBOGAN (SUARABARU.ID) –Bledug Kuwu memang sudah sejak lama dikenal di Kabupaten Grobogan. Selain Bledug Kuwu ada lagi Bledug Cangkring dan terakhir Bledug Kramesan. Bledug adalah fenomena geologis berupa semburan lumpur.

Bledug Kramesan adalah  salah satu tempat semburan lumpur yang berlokasi di Dusun Medang, Sendangrejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan. Bledug  Kramesan menjadi perbincangan setelah viral setelah terjadinya gempa bumi di Pulau Bawean, Jawa Timur, Jumat 22 Maret 2024 lalu.

Bledug Kramesan ini sudah ada sejak lama dan dijumpai pada beberapa naskah dari kerajaan-kerajaan di Jawa mengenai hadirnya mud volcano. Bledug Kramesan ini berjarak 3,4 kilometer dari Bledug Kuwu dengan ketinggian 25 meter dari permukaan tanah.

Semburan lumpur Bledug Kramesan mengandung material dari mud diaper yang lolos ke permukaan melalui rekahan-rekahan maupun struktur sesar.

Dalam siaran pers Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI Badan Geologi yang diterima, area terjadinya Bledug Kramesan dan Bledug Kuwu pada umur Paleogen adalah termasuk dalam Pati Through, yang memungkinkan diendapkannya sedimen secara cepat dan tebal.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Dr Ir Muhammad Wafid dalam siaran pers tersebut menjelaskan, Bledug Kramesan secara fisiografi termasuk pada antikhlinorium Zona Rembang yang memanjang ke arah Barat-Timur, dari Kota Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban sampai ke Pulau Madura.

“Batuan yang diendapkan pada zona ini setelah mengalami burial (pemndaman) dan kompresi akan membentuk mud diaper (popok lumpur) yang terdiri atas material halus tak terkonsolidasi. Material halus tersebut dapat lolos ke permukaan melalui rekahan-rekahan dan struktur geologi yang ada,” tulis keterangan dalam siaran pers tersebut.

Faktor yang Memengaruhi

Sementara faktor yang mempengaruhi mud diaper ini yakni, amblesan, kecepatan pengendapan, lapisan plastis, overpressure dan under compacted, potensi hidrokarbon, produksi air diagenetik, tektonik kompresi dan gradien panas bumi tinggi.

Secara struktur gelogi, Bledug Kramesan terletak pada area yang tidak padat patahan dan kelurusan karena sifatnya yang plastis, sehingga pada daerah mud diapir ini tidak terindikasi adanya kelurusan patahan, namun terdapat struktur geologi berupa antiklin dengan sumbu relative Barat Daya-Timur Laut.

Litologi penyusun Zona Rembang adalah campuran antara karbonat laut dangkal dengan klastika serta lempung dan napal laut dalam. Berdasarkan Pringgoprawiro (1983), urutan stratigrafi Zona Rembang dari tua ke muda yakni: basemen pra tersier, Formasi Ngimbang, Formasi Kujung, Formasi Prupuh, Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi Bulu, Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, Formasi Mundu, Formasi Lidah dan Formasi Paciran.

Bukan Fenomena Luar Biasa

Badan Geologi menyatakan, fenomena terjadinya Bledug Kramesan di daerah Ngaringan, Grobogan ini bukanlah suatu fenomena yang luar biasa. Apalagi tidak jauh dari Bledug Kramesan ada Bledug Kuwu yang secara umum sudah diketahui publik sebagai fenomena mud volcano atau gunung lumpur dan berlangsung puluhan tahun.

Aktivitas dari semburan lumpur yang meningkat pasca terjadinya gempa di Pulau Bawean pada 22 Maret 2024 dengan skala 6.5 SR ini diduga dapat menyebabkan sistem migrasi hidrokabron maupun lumpur menjadi lebih aktif karena adanya bukaan berupa rekahan maupun patahan sebagai akibat adanya gempa dangkal ini.

Di samping itu, gejolak lumpur di daerah sekitar Bledug Kuwu dan Kramesan menemukan jalannya untuk keluar melewati rekahan yang terbentuk akibat gempa tadi.

Badan Geologi memberikan imbauan kepada masyarakat di sekitar Bledug Kuwu dan Kramesan ini tidak perlu merasa panik dan tidak serta merta percaya dengan berita yang tidak bertanggung jawab dan tidak jelas dasar keilmuannya, sehingga dapat memberikan penafsiran yang beraneka macam.

Tya Wiedya