blank
Ponisih ( kanan, red) dibantu adiknya Kasirah sedang membungkus makanan Jemunak. Mereka berdua merupakan generasi ketiga dari Mbah Mulyodinomo yang melestarikan makanan khas Ramadan di   Dusun Karaharjan, Desa Gunung Pring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Foto: W.Cahyono

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)- Di bulan Ramadan seperti saat ini sebagian besar masyarakat  membuat  aneka makanan untuk berbuka puasa. Namun, di Dusun Karaharjan, Desa Gunung Pring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang ada satu makanan khas yang dibuat dan dijual  hanya bulan Ramadan.

Makanan tersebut yakni jemunak yang terbuat dari campuran beras ketan, singkong, parutan kelapa dan kinca (kuah kental terbuat dari gula merah yang dicairkan) sebagai pecita rasa manis.

“Konon nama jemunak tersebut merupakan singkatan dari bahasa Jawa ngajeng-ajeng nemu kepenak.  Yang mempunyai arti, berharap bisa menemukan hidup yang mulia,” kata Ponisih (57), generasi ketiga pembuat jemunak di Dusun Karaharjan, Desa Gunung Pring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Selasa (19/3/2024).

Ponisih mengatakan, di Dusun Karaharjan hanya  ada  satu keluarga saja yang membuat jemunak di setiap bulan Ramadan, yakni Keluarga Mbah Mulyodinomo. Dan, nama nenek buyut nya tersebut menjadi  merek dagang makanan buatannya, yakni jemunak Mbah Mul .

Menurutnya, makanan jemunak tersebut merupakan  usaha turun-temurun yang diwariskan neneknya dan kini telah beralih ke generasi kelima yang ada di keluarga tersebut. Yakni, Ponisih  bersama dengan adiknya Kasirah.

blank
Jemunak, makanan khasDusun Karaharjan, Desa Gunung Pring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang dan hanya ada di bulan Ramadan. Foto: W.Cahyono

Ia menambahkan, dirinya hanya membuat jemunak di bulan Ramadan. Karena, sudah menjadi tradisi di masyarakat Gunungpring membuat. Dirinya, tidak pernah membuat atau melayani pesanan jemunak di luar bulan puasa.

Sri Sultan HB X pun Mencicipi

Salah satu kebanggaan  dirinya membuat jemunak, saat makanan tersebut dicicipi oleh  Raja Keraton Jogjakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X saat berkunjung ke Gunung Pring sekitar lima tahun lalu.

Pembuatan jemunak tersebut dilakukan setiap awal Ramadan hingga dua hari menjelang lebaran.

Dan, setiap harinya ia membuat lebih dari 500 bungkus jemunak dan dipasarkan di sejumlah pedagang makanan datang ke rumahnya untuk membeli atau memesannya. Sehingga tidak perlu berkeliling, barang dagangannya habis di rumahUntuk membuat 500 bungkus Jemunak ia menyiapkan ketela 20 kilogram, beras ketan lima kilogram, gula Jawa lima kilogram serta tiga butir kelapa. Satu bungkus jemunak dijual dengan harga Rp 3.000.

Sepuluh hari menjelang lebaran tahun ini, dirinya sudah mendapatkan pesanan 1.000 bungkus jemunak yang akan digunakan untuk Grebeg Jemunak yang digelar Pemerintah Desa Gunungpring.

W.Cahyono