blank

Oleh : Ahmad Fajar Inhadl

Pada rentang 7-16 April 2023 lembaga riset Kurios melakukan survei perilaku masyarakat terhadap 936 responden yang tersebar di Indonesia. Hasilnya ditemukan bahwa masyarakat kita memiliki pola kebiasaan berbelanja saat Ramadan dan Lebaran.

Hasil survei juga menyebutkan bahwa mayoritas (84,4 persen) responden menghabiskan uang lebih banyak di bulan Ramadan dibandingkan dengan biasanya.

Dari beberapa survei serupa juga ditemukan kecenderungan serupa bahwa pola belanja masyarakat akan semakin meningkat, dimulai sejak bulan Februari, Maret dan berada pada puncaknya pada pertengahan April.

Perilaku konsumtif, inilah paradoks yang acapkali mengiringi Ramadan kita setiap tahunnya. Yang tanpa kita sadari hal ini juga memberikan dampak negatif, yaitu masalah lingkungan dalam wujud sampah makanan. Dan peningkatan harga pangan imbas permintaan masyarakat yang tinggi.

Terkait dengan fenomena tersebut di atas, menarik untuk sejenak merenungkan apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. “Sesungguhnya manusia yang paling banyak kenyang di dunia adalah manusia yang paling lapar di hari kiamat.”, (HR. Ibnu Majah).

Hadis ini selaras dengan firman Allah Swt. : “…makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (TQS. Al-A‘rāf [7]:31).

Imam Ibnu Al-Qayyim dalam “Zaad al-Ma’ad” memberikan komentarnya terkait ayat ini. Bahwa tidak makan dan minum atau makan dan minum secara berlebihan, keduanya akan menggangu kesehatan dan berpotensi mengundang penyakit. Karenanya rumus menjaga kesehatan adalah dengan menjaga pola makan yang seimbang antara keduanya.

Para ulama kemudian memberikan nasihat bahwa siapapun yang ingin meraih kemenangan di bulan Ramadan, merasakan manisnya iman, menikmati bacaan Al-Qur’an dan hanyut dalam nikmat “qiyamulail”. Maka hendaklah tidak berlebih-lebihan mengkonsumsi makanan dan minuman.

Hal serupa juga diterangkan oleh Imam Al-Hulaimi bahwa makan adalah sesuatu yang diperbolehkan. Tetapi seyogyanya seseorang tidak makan hingga menjadikan badannya berat (malas). Sehingga kemudian mengantuk dan menjadikannya alpa dari beribadah. Makanlah seukuran untuk menghilangkan lapar, dan sekiranya tujuan dari makan adalah untuk menopang peribadatan.

Ramadan semestinya mengajarkan kepada umat Islam kesederhanaan dan perilaku bersahaja dalam berbagai aspek kehidupan kita. Hanya saja euforia masyarakat mencoreng nilai mulia ini.

Jadi, bagaimana dengan Ramadan Anda?.