KUDUS (SUARABARU.ID) – Suara bedug ditabuh bertalu-talu terdengar dari atas puncak Menara Kudus, Senin (11/3) sore. Suara bedug ini sekaligus menandai akan datangnya awal bulan suci Ramadan.
Beberapa orang bersarung batik, berpakaian putih dan berikat kepala batik nampak secara terus menerus menabuh bedug dengan irama tertentu. Sementara, sekelompok orang lain duduk bersila di bagian areal bedug yang ada di puncak Menara sambal melantunkan shalawat mengikuti irama bedug yang ditabuh.
Tabuhan bedug tersebut merupakan bentuk visualisasi tradisi Dandangan yang secara turun menurun dilestarikan oleh masyarakat Kudus. Tradisi tersebut konon merupakan warisan budaya sejak zaman Sunan Kudus sebagai acara menyambut bulan suci Ramadan.
Tradisi tersebut bermuasal dari kebiasaan para santri dan masyarakat Kudus zaman dahulu yang berkumpul di di Kawasan Menara untuk menunggu pengumuman dari Kangjeng Sunan Kudus, Syeh Ja’far Shodiq dalam menetapkan awal ramadan.
Tak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tradisi bedug Dandangan tahun ini digelar cukup meriah. Sepekan sebelumnya, tradisi ini sudah ditandai dengan hadirnya PKL aneka ragam yang memadati ruas jalan Sunan Kudus mulai dari Alun-alun Simpang Tujuh hingga ke perempatan Jember.
Sebelum puncak tradisi berupa pemukulan bedug, dilakukan pula kirab visualisasi Dandangan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kirab dilakukan dengan menampilkan aneka kesenian tradisional, dan visualisasi bagaimana tradisi Dandangan bermula.
Usai kirab, dilakukan pula ziarah ke Makam Sunan Kudus yang berada di belakang kompleks Masjid Menara sebagai pelestarian symbol besik kubur yang biasa dilakukan masyarakat Kudus menjelang bulan puasa.
Usai ziarah makam, puncak acara dilakukan dengan prosesi pemukulan bedug. Pj Bupati Kudus M Hasan Chabibie yang hadir dalam tradisi tersebut berkesempatan untuk melakukan pemukulan pertama kali bedug yang ada di atas Menara Kudus. Hal tersebut sebagai simbol pengumuman resmi bahwa Ramadan sudah tiba.
“Saya mohon izin kepada para kiai, masyayih maupun para sesepuh yang ada untuk ikut menabuh bedug Dandangan ini secara langsung,”kata Hasan.
Hasan menambahkan tradisi warisan leluhur ini harus kita uri-uri supaya tidak hilang tergerus perubahan zaman.
“Jangan sampai generasi muda sekarang kepaten obor dengan tradisi yang ada,”tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Mutrikah mengatakan kirab dimulai dari Taman Menara menuju Jl. Masjid Madureksan ke utara lalu belok ke arah barat menuju Makam Sunan Kudus atau Menara Kudus.
“Kirab dimulai dari Taman menara dan berakhir di Menara Kudus,” katanya.
Pihaknya menyampaikan, Maksud tujuan diselenggarakannya Kirab Dandangan, antara lain sebagai upaya perlindungan terhadap upacara tradisi dandangan dengan cara memberikan wadah ekspresi budaya dan sarana penyebarluasan informasi budaya kepada masyarakat luas, sebagai upaya agar membangun persamaan persepsi atau pandangan dalam membangun kebudayaan guna mewujudkan bangsa yang berkepribadian dalam kebudayaan, membangun komitmen dan mendorong peran aktif masyarakat dalam menjaga budaya bangsa yang adiluhur khususnya tradisi atau adat upacara.
“Semoga kedepan dapat terlaksana kegiatan ini kembali untuk melestarikan tradisi dan kebudayaan Kudus,” tutupnya.
Ali Bustomi