REMBANG (SUARABARU.ID) – Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana dan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menghadiri Haul ke-52 KH Ma’shum Ahmad dan Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Kauman, Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, pada Sabtu 27 Januari 2024.
Selain menghadiri haul, Wakil Presiden dan Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana juga membuka Kampus Multikultural Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Hidayat Lasem Rembang.
“Pondok Pesantren Kauman Lasem dan STAI Al Hidayat Lasem ini menarik dan unik, karena berada di tengah-tengah kawasan yang selama ini kita kenal dengan Pecinan,” kata Nana Sudjana.
Meski ada perbedaan etnis dan keyakinan di lingkungan tersebut, mereka tetap bisa hidup berdampingan. Toleransi diantara penduduk Tionghoa dan masyarakat pesantren terbangun dengan baik.
“Kehidupan mahasiswa dan santri ini bisa berbaur dengan masyarakat, baik etnis Tionghoa maupun Jawa. Maka tentunya sangat tepat bahwa perguruan tinggi ini diluncurkan sebagai kampus multikultural,” kata Nana.
Nana berharap, STAI Al Hidayat dapat menjadi perguruan tinggi rujukan dalam pengembangan kajian keislaman dan keguruan berwawasan multikultural.
Dalam kesempatan itu, Nana mengatakan, Pemprov Jateng memberi perhatian besar pada pendidikan di pondok pesantren.
Melalui Perda Nomor 10 Tahun 2023 yang mengatur tentang fasilitasi dan sinergitas pengembangan pondok pesantren, pemerintah daerah berperan serta dalam pengembangan pesantren.
“Perda ini bertujuan memberikan dukungan kepada pondok pesantren untuk meningkatkan penyelenggaraan fungsi pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat, sesuai amanah perundang-undangan,” ungkapnya.
Keberadaan perda, sambungnya, juga untuk membangun sinergitas antara pemerintah dengan pondok pesantren dalam mewujudkan masyarakat yang berilmu, beriman, berdaya saing, dan mendukung pembangunan.
Sementara itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan, Kawasan Lasem Kabupaten Rembang memang tempat terjadinya akulturasi, perbauran antara masyarakat santri dengan masyarakat Tionghoa. Bahkan, daerah Lasem sudah menjadi kawasan yang toleran sejak abad 16 – 17.
“Sebenarnya ini contoh, dan ini barangkali yang menginspirasi, sehingga Indonesia itu sekarang dikenal negeri yang paling toleran di dunia,” ungkapnya.
Ma’ruf menceritakan, belum lama ini pihaknya menerima tamu dari organisasi alim ulama di Timur Tengah.
Mereka menyampaikan, ingin belajar mengenai toleransi dari Indonesia. Sebab, Indonesia adalah negeri paling toleran, yang bisa menjadi contoh bagi kehidupan global.
Diaz Aza