“Anak-anak harus merencanakan apa yang hendak dibeli, mereka harus berhitung perkiraan uang yang dibutuhkan untuk belanja, mereka harus bisa memilih belanjaan sesuai kebutuhannya,” ujar Aditya.
Untuk belanja ini, anak-anak mengumpulkan uang, disesuaikan dengan prakiraan kebutuhan barang-barang yang dibeli. “Mereka akan membuat perkiraan kebutuhan dengan lebih dulu menentukan apa saja yang akan dibeli,” kata Aditya.
Para siswa itu dianjurkan untuk belanja sayuran, dengan ditentukan sebelumnya jenis masakan yang akan dimasak. “Mereka membeli sayuran berikut bumbu dan keperluan lainnya yang berkaitan seperti bumbu atau lauknya,” ujar Aditya.
Uangnya Kurang
Sekelompok anak yang sedang belanja, di antaranya adalah Aska. Dia bersama teman-temannya belanja sayuran bayam, kemudian tempe, dan bumbu-bumbunya.
“Tadi uangnya sempat kurang, tinggal dua ribu. Jadi saya tambahi sepuluh ribu,” ujar Aska.
Dia merasa senang bisa belanja sendiri di pasar tradisional. Seperti halnya teman Perempuan yang satu kelompok dengannya. “Kalau biasanya saya mikut ibu ke pasar, sekarang belanja sendiri, bayar sendiri. Menyenangkan,” kata dia.
Baca juga SD Kanisius Tlogosari Kulon Semarang Undang Orang Tua Mengajar di Kelas Inspirasi
Kelompok lain tampak belanja sayuran untuk masak sup. Tetapi bukan hanya sayuran saja. Bumbu jadi kemasan pun dibeli, juga ada telur puyuh, nugget, dan belanjaan lainnya.
Ketika ditanya berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk belanja itu semua. “Habisnya lima puluh delapan ribu rupiah,” jawabnya.
SD Kanisius memang sering melakukan kegiatan di luar kelas seperti ini juga pembelajaran yang nonkonvensional. Kegiatan yang sebelumnya juga dilakukan adalah, bekerja sama dengan warga sekitar sekolah membersihkan saluran air.
Saluran air yang mampat dan menimbulkan bau tidak sedap, dengan menuangkan eco enzyme.
SD Kanisius juga pernah mengundang orang tua untuki mengajar para siswa di sekolah, sesuai dengan profesi mereka. Ada anggota TNI, perawat gigi, dosen, dan sebagainya.
wied