blank
Enam pemuka agama memanjatkan doa untuk penyelesaikan konflik di Palestina. Foto: riyan

Tahun Api

Tahun ini seperti bara dalam genggam
Membakar dan melepuh
Tahun seperti bara dalam sekam
Panas sekali

Allah,
Bukan berarti aku mengeluh
Bukan pula aku mengaduh
Memandang mayat bergelimpang
Oleh tangan bengis tak berperasaan

Allah,
Sakit tiada terkira
Memandang para pemuja berhala menumpahkan peluru kesumat
Membombardir semua yang ada
Memporak-porandakan kehidupan

Rumah tempat berteduh untuk sekedar berlabuh
Dalam ruang dan keluh atau membangun rasa kasih sayang
Menebar bahagia dan cinta
Luluh lantak tinggal kenangan

Istri tempat curahan hati terbunuh
Suami tempat berlabuh terbunuh
Anak tempat berbagi kasih terbunuh
Saudara tempat saling memberi terbunuh
Kawan, sahabat, handai-taulan kocar-kacir
Terbunuh oleh pemuja berhala

Dengan kesombongan menenteng senjata
Tak mau lagi mendengar ancaman
Apalagi cuma nasehat

Hatinya bukan lagi terbuat dari darah
Tapi batu yang telah mengkristal
Oleh kesumat hilangnya rasa kemanusian

Aku mulai marah
Menghujam tajam pada ulu hati
Terbakar panas api, mendidih
Berkobar menghanguskan semua sendi

Menghalau semua
Menghunus pedang amarah
Memporak porandakan semua

Allah…Allah…Allahu Akbar

Jiwa ini mulai tidak tenang
Hati ini tak lagi tentram
Memendam dalam
Hanya cucur air mata menetes
Dalam kesedihan

Allah,
Tahun ini seperti bara dalam genggam
Aku tak berdaya untuk melawan
Kepadamu aku memohon
Berilah ketabahan saudara kami di Palestina
Menghadapi kebengisan Israil

Semarang, 2 Januari 2024

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Puisi berjudul ‘Tahun Api’, yang dibacakan Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Munif Abdul Muchit, begitu menyentuh, hingga membuat hadirin yang mendengarkan terpana.

Selain Kiai Munif, tampil pula di atas panggung, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jateng, KH Tafsir, yang membacakan puisi dengan judul ‘Kehabisan Akal’. Sekitar seratusan tamu undangan yang hadir, secara seksama menyimak lantunan puisi tentang penderitaan Palestina itu.

Sesi pembacaan puisi itu merupakan salah satu rangkaian acara bertajuk ‘Untaian Doa dan Puisi’, yang digelar di Komplek Kelenteng Agung Sam Poo Kong, Semarang, Selasa (2/1/2024).

BACA JUGA: Hari Ini, Mahasiswa FTIK Jalani Ujian Akhir Semester

blank
Kakanwil Kemenag Jateng, Musta’in Ahmad, memberikan sambutannya di awal acara. Foto: riyan

Acara yang digelar itu merupakan awal dari rangkaian Peringatan Hari Amal Bakti (HAB) Ke-78 Kementerian Agama RI, dengan tema ‘Indonesia Hebat Bersama Umat’. Kanwil Kemenag Jateng pun merayakan puncak acara HAB di area Islamic Centre, Manyaran, Semarang, Rabu (3/1/2024), dengan beragam kegiatan.

Kakanwil Kemenag Jateng, Dr H Musta’in Ahmad mengatakan, untaian doa dan puisi ini menjadi spirit bagi pertumbuhan perkembangan kemajuan bangsa. Kasus-kasus sosial yang muncul bisa terselesaikan melalui dialog yang baik.

”Program-program pemerintah yang dihadirkan ini, diharapkan bisa menjadikan Indonesia bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” kata dia.

BACA JUGA: Jelang Pemilu 2024, Disdukcapil Kejar Perekaman KTP

Diungkapkan juga, apa yang terjadi di Palestina menjadi pelajaran berharga bagi seluruh penduduk dunia. ”Bahwa sesungguhnya, kemerdekaan itu hak setiap bangsa, termasuk Palestina,” tutur Musta’in lagi.

Disampaikan dia, sebagai bangsa santun yang beragama, semua umat berupaya untuk “melangitkan” doa kepada Tuhan. ”Kita memohon kepada Tuhan, agar niat, ikhtiar dan usaha kita bersama, dimudahkan semuanya,” tukasnya.

Pada kesempatan itu, Kakanwil Dr H Musta’in Ahmad, menyerahkan bantuan berupa uang secara simbolis sebesar Rp 8,3 Miliar, untuk masyarakat Palestina. Menurut dia, dana itu dikumpulkan dari para ASN di lingkungan Kanwil Kemenag Jateng, yang telah memberikan secara sukarela dan ikhlas.

Acara ini diakhiri dengan pembacaan doa bersama lintas agama, yang disampaikan enam tokoh agamawan secara bergantian. Mereka adalah Ws Andi Gunawan (Matakin Jateng), Romo Anggadmo Warto (Budha/Vihara Tanah Putih Semarang), Pinandita Muhadi (PHDI), Romo Ambresius Heri Krismawanto (Kevikepan Semarang), Pendeta Yosuwa Wardaya (PIGW Jateng) dan KH Multazam Ahmad (MUI Jateng).

Riyan