blank

Oleh : Edi Sulton

Era 80 an saat saya masih kecil Jepara dikenal dengan daerah penghasil durian berkualitas hingga banyak yang datang ke Jepara saat musim durian tiba. Kala itu banyak jenis dan ragam durian lezat yang bisa di dapat di Jepara khususnya di kampung-kampung maupun pasar- pasar.

Selain itu juga ada durian asal Jepara yang telah bersertifikat seperti durian Petruk. Setelah itu muncul durian pemenang lomba seperti durian Karnadi dan yang terakhir yang dikenal oleh masyarakat adalah durian Subandi, durian Sutriman, durian Sukarman, dan durian Tarmin yang diajukan pada 20 Maret 2012 ke PPVTPP di Jakarta.

Masa keemasan durian Jepara memang tidak atau belum habis sama sekali. Hanya terjadi penurunan baik itu kualitas maupun kuantitas dari durian Jepara.

Faktor pertama, menurunnya lahan durian. Durian Jepara kebanyakan tumbuh bukan karena ditanam secara massal atau dikebunkan. Namun tumbuh dengan sendirinya atau tanpa sengaja tumbuh di lahan kosong yang biasanya di kebun atau belakang rumah.

Namun dengan perkembangan zaman, lahan kosong ini menjadi hunian atau semakin besarnya pohon hingga pemilik pohon takut kejatuhan buah atau dahan durian ini sendiri, maka banyak pohon besar dan produktif ditebang untuk dijual.

Faktor kedua kurang intensif dalam perawatan. Seperti yang saya ungkapkan di atas. Kebanyakan pemilik pohon ini adalah bukan petani khusus durian yang mau dan mampu untuk merawat pohon durian secara intensif. Kebanyakan dari pemilik pohon ini adalah pewaris dari pohon dari orang tua terdahulu yang penting pohon mau berbuah tidak perlu dipupuk ataupun perawatan.

blank
Penulis (kanan) bersama Pak Triman Desa Kecapi

Selain itu banyak jenis durian Jepara yang telah bersertifikat tidak diuji lahan dan uji adaptasi/ penyesuaian tempat seperti yang terjadi pada durian Petruk yang awal tumbuh di daerah Randusari Tahunan Jepara ditanam di luar daerah itu yang DPL lebih tinggi atau lebih rendah tingkat adaptasinya rendah.

Berbeda dengan musang king dari Malaysia dan Montong dari Thailand yang tingkat adaptasinya tinggi mau ditanam di DPL berapapun dan daerah manapun kualitas maupun kuantitas buah tidak jauh berbeda dengan daerah asal.
Hasil Lomba durian yang asal

Saya amati beberapa tahun dan juga pengakuan dari para pegiat durian lomba durian yang dilombakan hanya sehari. Hal ini sudah barang tentu tidak akan mendapatkan hasil juara kontes yang maksimal. Selain itu juga panitia lomba yang sudah berjalan hanya melihat buahnya saja tanpa tahu bibit, bobot, bebet buah durian yang ikut lomba.

Pernah saya saran ke pak Joko Prihatin waktu beliau masih di Dinas Pertanian agar saat lomba peserta selain menunjukkan buah durian juga menunjukkan daun durian, tempat pohon tumbuh serta foto pohon durian. Dengan demikian diketahui bahwa durian yang dilombakan ini benar-benar durian yang belum tersertifikasi sehingga akan diperoleh jelas asal usul durian unggul juara namun bukan durian asal lomba.

blank
Penulis

Dari juara ini yang bukan durian yang telah tersertifikasi ini bisa untuk diuji lokasi dan diusulkan untuk disertifikasi menjadi durian unggul Jepara dan layak untuk dikembangkan yang adaptif di setiap tempat. Namun usulan ini kemudian menguap karena pak Joko Prihatin sudah purna dari Dinas Pertanian. Dan pak Joko Prihatin ini juga sudah berhasil memperbanyak durian Tarmin meski belum uji lokasi.

Haparan penulis di kemudian hari Pemkab Jepara benar- benar mau untuk mengembangkan potensi durian asli Jepara sehingga durian yang sudah tenar ini tidak musnah tinggal nama seperti durian Petruk yang jarang orang menanamnya. Quo Vadis Durian Jepara ? Kemanakah perginya durian – durian berkualitas Jepara

Edi Sulton, Penulis adalah Pegiat Durian Jepara, anggota Maniak Durian dan Durian Traveler