blank
Umat Buddha memberikan jubah kuning kepada Bhikkhu Sangha, Sabtu (23/12/12) malam. Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Maha Sanghadana adalah bagian dari rangkaian kegiatan Pabbajja Samanera yang berlangsung di Taman Wisata Candi Borobudur 16-28 Desember 2023. Kegiatan yang dilaksanakan Sabtu (23/12/12) malam berlangsung khidmat.

Acara dimulai pukul 17.40 dengan paritta atau khotbah Sang Buddha. Itu disajikan dalam bahasa Pali, Mandarin dan Indonesia. Saat itu 100 Bhikkhu Sangha duduk di panggung yang disiapkan panitia.

Kemudian juga dilakukan meditasi yang dipimpin Bante Daniel. Selanjutnya umat Buddha yang hadir menyerahkan jubah kepada Bhikkhu Sangha. Sekitar pukul 18.20 dilakukan pemberkahan Bhikkhu Sangha.

Setelah itu penyalaan lilin perdamaian dunia yang disertai doa. Dilanjutkan pelepasan lampion.

Wakil Menteri Agama, H Saiful Rahmat Dasuki, yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, kegiatan tersebut sudah dua kali dilaksanakan. Dia berharap di waktu mendatang bisa terselenggara lebih bagus lagi dan lebih memberikan manfaat bagi umat Buddha, serta seluruh umat. “Semoga akan berkelanjutan dari tahun ke tahun, akan mendatangkan peserta lebih banyak lagi, dari berbagai belahan dunia,” harapnya.

Disebutkan, tujuan kegiatan Pabajja Samanera itu salah satunya turut serta men-support program pemerintah terkait destinasi pariwisata super prioritas (DPSP). Dari beberapa program DPSP salah satunya ada di Candi Borobudur. “Bagaimana kegiatan ini bisa bersinergi dalam upaya pemerintah untuk membentuk sebuah destinasi pariwisata super prioritas dalam mempromosikan, menjaga dan melestarikan Candi Borobudur, serta memperkuat posisi dari candi Borobudur itu sendiri,” katanya.

Dengan adanya kegiatan itu diharapkan menjadi magnet daya tarik kehadiran wisatawan, dari dalam maupun luar negeri.

Menurut catatan dia ada sekitar 62 juta umat Buddha yang tersebar di Asia Tenggara. Angka itu cukup besar. Menurut dia bagaimana DPSP Candi Borobudur bisa menjadi daya tarik tersendiri. Terutama untuk wisata religi yang akan mendatangkan kebaikan dan nilai positif tidak hanya bagi umat Buddha tapi juga warga Indonesia. Karena akan memberdayakan warga sekitar dan yang terpenting akan mendatangkan devisa bagi negara.

Kegiatan tersebut juga akan bermanfaat agar umat Buddha tidak mudah terpengaruh faham yang dapat mengancam kegiatan keagamaan di Indonesia.

Keberagaman di negara kita adalah sebuah nikmat yang harus disyukuri. Keberagaman yang sudah diberikan Tuhan adalah sesuatu yang harus disyukuri. Karena ketika nikmat yang diberikan Tuhan kita syukuri, maka Tuhan akan menambah nikmat nikmat lainnya. “Tetapi ketika kita mengingkari nikmat yang Tuhan berikan, maka azab Tuhan pasti akan lebih pedih,” katanya.

blank
Umat Buddha menyalakan dan melepas lampion, Sabtu (23/12/23) malam. Foto: eko

Maka, lanjutnya, kita harus terus membangun keberagaman di atas keberagaman yang ada. Itu harus ditularkan kepada generasi muda, orang di sekitar kita dan tokoh agama.

Jika Tuhan menginginkan seluruh warga Indonesia menganut satu agama, pasti Tuhan bisa. Karena Tuhan punya sifat yang maha kuasa. Tapi Tuhan menjadikan Indonesia dengan latar belakang yang berbeda beda, bersuku bangsa yang banyak, bahkan berbahasa daerah yang begitu banyak.

Orang lain bingung kok Indonesia bisa dengan keanekaragaman. Sampai hari ini masih berdiri kokoh sebagai NKRI. Masih bisa secara damai melakukan prosesi ritual keagamaan Pabajja Samanera.

Tapi bisa dilihat di belahan dunia lain, di tetangga negara kita, jangankan untuk menyelenggarakan ibadah di tempat terbuka. Mereka melakukan peribadahan di rumah ibadah sekalipun belum tentu aman, tenang, serta nyaman. “Bisa saja ketika mereka beribadah, serbuan datang dari kelompok lain. Serbuannya bukan hanya membubarkan tetapi dengan senapan maupun bom bisa meledakkan anggota masyarakat yang sedang beribadah,” tuturnya.

Itu bisa saja terjadi karena dalam ego mereka ada klaim kebenaran tunggal. Itulah yang merusak tatanan keberagaman dan membuat pelakunya melakukan tindakan kekerasan dengan atas nama Tuhannya. Mereka tidak merasa bersalah karena mereka merasa benar dan menjadi wakil Tuhan di muka bumi ini.

Di sisi lain, memasuki tahun politik, para tokoh agama diminta menyebarluaskan kebajikan kepada seluruh umat. Hindari sikap-sikap dan tindakan yang memperkeruh situasi politik saat ini. Pemilu atau pilpres adalah ritual yang akan berulang lima tahun sekali. Dalam pemilu pasti ada perbedaan kontestasi. Hal yang perlu dicamkan adalah itu proses lima tahunan yang harus kita jalani dengan riang gembira.

“Hindari pemilu dengan politik identitas, isu-isu agama untuk meraih elektoral dalam kampanye. Jadikanlah agama menjadi sebuah dasar atau landasan dalam berkontestasi,” tandasnya.

Ketua panitia, Fatmawati, dalam seremonial itu menyebutkan,
kegiatannya bernama Pabajja Samanera sementara. Penyelenggaranya Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI). Berlangsung 16-28 Desember.

Sebanyak 100 Bhikkhu Sangha yang menjadi pembimbing para samanera berasal dari Amerika, Inggris, Thailand, Jepang, Laos, Singapura, Malaysia. Adapun jumlah peserta Pabajja Samanera 500 orang berasal dari Aceh, Tebingtinggi, Medan, Jambi, Lampung, Tangerang Banten, Jakarta, Bandung, Bogor, Jateng, Jatim, Bali, Lombok, Manado, Sulawesi, Kalimantan, Papua. Ada juga dari Ukraina. Rentang usia peserta adalah 8-101 tahun.

Tujuan kegiatan tersebut untuk membangun karakter Samanera berdasarkan ajaran Buddha dengan cara praktis dan dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehar-hari. Dari kegiatan itu diharapkan berkembangnya moral religius bertoleransi, beretika, memiliki rasa bakti kepada orang tua dan berbudi luhur.

Disebutkan pula, kegiatan itu turut mendukung pemerintah yang menjadikan Candi Borobudur sebagai destinasi wisata super prioritas. DPP MBMI ikut merawat Candi Borobudur secara spiritual dengan berbagai kegiatan. Salah satunya Pabajja Samanera itu.

Panitia juga bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan turut mendukung program pemerintah dengan menanam 500 bibit pohon. 40 bibit ditanam di Candi Borobudur, 12 titik di mata air Desa Borobudur dan di bantaran Sungai Progo. Juga memberikan bibit durian di sekitar Candi Borobudur yang diharapkan dapat memberikan manfaat dalam merawat dan menjaga lingkungan hidup.

Eko Priyono