Alex Harijanto

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Kalau ingin mencetak atlet yang mampu berprestasi di Olimpiade, harus membuat program pembinaan jangka panjang yang tepat yang dimulai atlet usia dini yakni usia 8 tahun sampai 10 tahun. Untuk menjalankan program TC jangka panjang itu tentu harus didukung dana yang tidak sedikit.

Hal itu dikatakan tokoh olahraga Indonesia, Alex Harijanto seusai acara Konferensi Pers tentang Intensifikasi Persiapan Jawa Tengah ke PON XXI tahun 2024 di Aceh dan Sumut di ruang rapat KONI Jateng, pada 14 Desember 2023.

”Itu hanya ikut Olimpiade saja. Kalau mau mendapat medali di Olimpiade ya harus lebih ketat program TC jangka panjangnya yang tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mari para pengurus KONI dan cabang olahraga di tingkat provinsi dan pusat untuk memikirkan program jangka panjang ini agar atlet kita berprestasi di Olimpiade,” kata Alex yang juga sebagai ketua Pengprov TI Jateng.

Menurutnya, olahraga tidak boleh memikirkan presatasi untuk sesaat. Program jangka panjang yang harus dipikirkan dengan jelas, karena waktu berjalan sangat cepat. Para atlet yunior dalam waktu singkat akan mengantikan seniornya.

”Kalau kita tidak bergerak mulai sekarang menyiapkan atlet usia dini, maka kita hanya bermimpi bisa ikut Olimpiade,” ujarnya.

Sebelum ikut berlaga di Olimpiade, katanya, atlet harus melewati seleksi di praolimpiade dan harus melewati beberapa pertandingan yang sudah ditentukan bobotnya utk mengumpulkan point.

”Jika seorang atlet memiliki point cukup, baru bisa ikut praolympiade. Lolos dari praolimpiade, baru dapat ikut Olimpiade,” tuturnya.

Dia mencontohkan di cabor taekwon-do, dimana atlet usia dini  diwadahi dengan nama Kadet. Kadet-kadet ini juga harus mengikuti jejang pertandingan untuk mengasah bakatnya termasuk kejuaraan dunia kadet.

”Indonesia tahun 2023 ini sudah mendapatkan emas di kejuaraan dunia kadet, sehingga atlet tersebut harus dipertahankan,” katanya.

Disamping itu, lanjutnya, kejuaraan kadet digalakkan di Indonesia baik di pusat maupun di daerah.

”Kita jangan berharap dapat ikut Olimpiade dalam jumlah banyak atlet. Sebab tiap negara mempunyai atlet-atlet hebat serta ada anak-anak ajaib yang ikut berpatisipadi dalam setiap kejuaraan internasional. Bisa lolos satu atau dua sudah luar biasa,” jelasnya.

Dia menambahkan, untuk mempertahan kadet-kadet tersebut harus sesering mungkin mengikuti event, baik open tunamen maupun event resmi yang diakui World Tae Kwon Do (WT).

”Tentunya TC jangka panjang harus dijalani dengan ketat dengan ditangani pelatih yang teruji kemampuannya,” tandasnya.

Emas PON

Dibagian lain, Alex mengatakan, untuk bisa sukses memenuhi target medali emas PON XXI mendatang, harus membentuk team work yang kompak. Tim itu adalah KONI, pengprov cabor, pemerintah, serta legislatif (DPRD). Pemerintah dan legislatif harus ada dan kompak dengan tujuan memperjuangkan anggaran olahraga.

”Alokasi anggaran olahraga di Jawa Tengah itu sangat kecil, tidak ada 1 persen. Ini harus diperjuangkan agar alokasi anggarannya ditambah. Jika ingin olahraga maju harus di-support dana,” ungkapnya.

Cabor taekwon-do, yang sampai ini bisa menorehkan prestasi bagus baik di tingkat nasioal dan internasional, kata pria yang akrab disapa Master Alex ini, juga karena ditopang dengan anggaran yang banyak.

Namun karena anggaran dari pemerintah sedikit, maka pengurus cabor taekwondo mencari dana tambahan sendiri. Dana dari pemerintah atau KONI hanya mencukupi sekitar 50 persen dana yang dibutuhkan cabor taekwon-do.

”Misal di ajang Pra-PON dan dan persiapannya, kami harus nombok hampir Rp 1 miliar. Itupun belum termasuk biaya try out ke Korea. Sekarang kami sudah tidak ada dana, Januari 2024 sudah harus melakukan Pelatda PON, jika KONI tidak memberikan anggaran, kami tidak bisa berbuat banyak,” tandas mantan manajer timnas taekwon-do di Olimpiade Barcelona tahun 1992 ini.

Alex juga meminta agar cabor realistis memasang target perolehan medali emas. Hal ini agar semua atlet yang tampil di PON termotivasi untuk tampil terbaik mengejar medali emas.

”Misal, sebuah cabor memberangkatkan 10 atlet, maka target emasnya jangan hanya satu. Kalau target emas hanya sedikit, membuat atlet tidak termotivasi,” katanya.

Pada kesempatan itu Alex menyarakan agar KONI dan pengprov bisa merangkul banyak anggota Dewan masuk di dalam kepengurusan. Dengan adanya anggota legislatif itu diharapkan bisa memperjuangkan alokasi anggaran olehraga.

”Harapannya, mereka yang duduk di legislatif baik daerah ataupun pusat berjuang agar alokasi anggaran olahraga ditambah, dapat banyak, tidak seperti sekarang, alokasi anggaran untuk olahraga masih di bawah 1 persen,” terangnya.

Muhaimin