Pakar hukum Universitas Muria Kudus (UMK) Dr Hidayatullah. foto: dok

KUDUS (SUARABARU.ID) – Pakar hukum Universitas Muria Kudus Dr Hidayatullah menilai debat Capres yang diselenggarakan KPU dinilai masih terlalu normatif dan belum menukik ke persoalan yang lebih mendasar. Menurutnya, paparan dari masing-masing Capres dinilai baru sebatas permukaan atau kulit dan bahkan baru tahap wacana.

Penilaian tersebut sebagaimana disampaikan oleh pakar hukum Universitas Muria Kudus (UMK) Dr Hidayatullah, Selasa (13/12). Hidayatullah mencontohkan persoalan penegakan hukum, pemberantasan korupsi hingga perlindungan terhadap kelompok marjinal masih belum dibahas terlalu mendalam dalam debat yang tersaji.

“Masing-masing Capres belum ada yang membahas secara lebih mendalam bagaimana konsep dan strategi untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Salah satu contoh adalah pemberantasan korupsi dan perlindungan kelompok marjinal seperti kaum disabilitas, perempuan dan anak,”ungkap Hidayatullah.

Hidayatullah melihat keseruan debat hanya muncul pada segmen terakhir ketika pertanyaan dilontarkan oleh salah satu Capres dan ditujukan ke Capres lain. Di segmen tersebut akhirnya muncul adu gagasan yang cukup tajam antar kontestan.

Hanya saja, segmen tersebut cukup terbatas sehingga eksplorasi atas isu-isu yang dilontarkan tidak menjadi terlalu maksimal.

Sementara, disinggung Capres mana yang memiliki performa yang paling baik dalam debat tersebut, Hidayatullah melihat dua Capres yakni Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan lebih mampu menguasai panggung dibandingkan dengan Capres Prabowo.

Hidayatullah menilai hal tersebut terjadi karena Anies dan Ganjar adalah mantan Gubernur yang pernah memimpin kewilayahan sehingga basis pengalamannya di lapangan menjadi bekal tersendiri dalam proses debat.

Sementara, Prabowo meski berkecimpung dalam kabinet dan pemerintahan, namun hanya terbatas pada bidang pertahanan saja.

Hanya saja, Hidayatullah melihat bahwa apa yang disampaikan Capres Anies dinilai terlalu teoritis. Anies dianggap belum menyampaikan bagaimana strategi dan operasional dari ide-ide yang dilontarkan.

“Untuk Pak Anies saya kira paparannya lebih teoritis, sementara Pak Prabowo kurang menguasai dalam retorika. Sedangkan pak Ganjar yang disampaikan berbasis pengalamannya memimpin wilayah,”tandasnya.

Terlepas dari itu, Hidayatullah berharap dalam debat selanjutnya, para Capres bisa lebih menajamkan program dan strategi yang ditawarkan dalam memimpin Indonesia ke depan.

Dan yang cukup ditunggu tentunya adalah debat Cawapres yang tentunya masyarakat akan menunggu bagaimana Cawapres Gibran Rakabuming Raka harus menghadapi dua Cawapres lain yakni Prof Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar yang dikenal seorang guru besar dan politisi kawakan.

Hidayatullah juga beranggapan, hasil debat Capres nanti bisa sangat berpengaruh pada elektabilitas para Capres terutama bagi pemilih pemula. Menurutnya, pemilih pemula adalah kelompok pemilih nonideologis yang tentu akan lebih menggunakan nalar dalam menentukan pilihannya.

Pemilih generasi milenial akan lebih memilih Capres yang bisa menawarkan program yang langsung bersentuhan dengan mereka seperti penciptaan lapangan kerja.

“Saya kira pemilih muda nanti akan lebih menggunakan nalar dalam menentukan pilihannya,”tandasnya.

Ali Bustomi