JEPARA (SUARABARU.ID)- Pendidikan Agama baik dari proses maupun outputnya saat menjadi perhatian banyak pihak terutama di kalangan pesantren dan kyai. Pendidikan Agama khususnya baik Taman Pendidikan Al Quran, TPQ maupun Madrasah Diniyah baik formal maupun non formal-red-Muadalah serta pesantren dengan kompleksitas masalah yang hadapi semakin menyita perhatian banyak pihak.
Pendidikan naungan Maarif Rabithah Maahid Islamiyah, RMI dalam Nahdlatul Ulama juga menjadi perhatian seirus mengingat “tumpang tindih kewenangan” seperti TPQ dan Madrasah Diniyah, Madin dengan ragam coraknya yang unik komplek dengan persoalan masing-masing sangat membutuhkan solusi serius khususnya konteks Jepara.
Realitas tersebut juga menjadi perhatian serta sikap serius para kyai NU yang tergabung dalam Majlis Mermusyawaratan Pengasuh Pesantren Indonesia (MP3I) untuk membincangkan persoalan pendidikan agama di Jepara khususnya menyoroti persoalan TPQ, Madin dan pendidikan keagamaan lain di Jepara. “Keprihatinan ini butuh kolaborasi banyak pihak” tandas Kyai Adib Pecangaan.
Sejumlah kyai kumpul di Pesantren Balekambang antara lain, kyai Muhlis Welahan, Kyai Adib Pecangaan, Kyai Rosif Mangunan, Kyai Itmam Petekeyan, Kyai Nafi Mantingan dan Kyai Sabiq Bugel serta kyai lain bertempat di kediaman Kyai Miftah.
Silaturrahim bertajuk “Kumpul Jagong” tersebut membentuk suasana santai bersahaja mengalir dari satu ide ke ide yang lain seputar pesantren dan pendidikan keagamaan di Jepara.
Diantara yang menarik adalah munculnya gagasan untuk menata Pendidikan Diniyah dan TPQ yang masih mengalami banyak persoalan dilematis, baik dari proses belajar, kurikulum, pengajar maupun waktu belajar yang mengakibatkan pendidikan tersebut belum sesuai harapan. “Ketimpangan pendidikan diniyah dan TPQ perlu ditata ulang” ujar Kyai Muhlis Welahan.
Sementara Kyai Shohibul Itmam Petekeyan yang juga akdemisi IAIN Kudus menjelaskan dunia pendidikan secara nasional dan khususnya di Jepara ini masih banyak PR terutama endidikan diniyah dan TPQ.
“TPQ dan Diniyah perlu ditata ulang untuk mutu Pendidikan Jepara yang lebih baik, tidak sekedar ada tetapi yang lebih penting adalah output keberadaan pendidikan tersebut” tandasnya di sela diskusi dan jagongan gayeng tersebut.
Sementara Kyai Rosif Mangunan menjelasakan Pendidikan agama di Jepara perlu model sesuai dengan tipologi Jepara yang bervariasi .“Variasi Jepara ada zona Utara dan zona Selatan butuh formula yang sesuai konteks masyarakat” sambungnya saat merespon diskusi.
Kyai Miftah selaku tuan rumah, pesantren Balekambang menawarkan gagasan untuk halaqoh seperti konsorsium yang melibatkan semua pemangku pendidikan agama di Jepara dengan mengangkat topik yang sifatnya umum “Problematika Pendidikan Agama di Jepara ini sangat penting didiskusikan dengan serius” sahutnya saat merespon diskusi yang berlangsung.
Dari diskusi menyoroti Pendidikan agama di Jepara sejumlah kyai sepakat untuk melakukan tindakan bersama yang serius dengan kolaborasi banyak pihak yang memungkinkan supaya satu persatu persoalan bisa diurai dan ketemu solusinya.
Diharapakan dari perkumpulan kyai NU yang tergabung dalam MP3I tersebut akan segera digelar seminar atau halaqoh yang bertajuk “problematika Pendidikan agama di Jepara”.
Hadepe – SI