Anggota Forum Rektor Kabupaten Kudus yang juga Rektor UMK Prof Darsono. Foto:Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) – Anggota Forum Rektor Kabupaten Kudus Prof Darsono menilai isu nepotisme atau politik dinasti yang terjadi di Pilpres harus disikapi secara dewasa.

Menurutnya, sebagai akademisi, civitas kampus harus bisa memahami isu tersebut sebagai sebuah fenomena politik yang bisa dianalisis secara lebih komprehensif.

“Ya bagi kami yang berada di dunia pendidikan, hal tersebut (nepotisme politik) menjadi determinasi atau catatan di hati kami,”kata Darsono saat hadir dalam dialog Forum Rektor Kabupaten Kudus yang digelar di kampus UMK, Rabu (22/11).

Menurutnya, nepotisme dalam Pilpres adalah sebuah fenomenologi yang jika dianalisis tentu memiliki banyak faktor diantaranya hubungan kausalitas atau faktor yang melatarbelakangi hal tersebut bisa terjadi.

“Tentu ada analisis kenapa (nepotisme) bisa terjadi, kenapa kok tega seperti itu, kenapa kok ugal-ugalan seperti itu. Tentu kami sebagai orang yang di kampus, itu akan menjadi pembelajaran atau ibrah bagi kami,”kata Rektor UMK tersebut.

Lebih lanjut, kata Darsono, pembelajaran diri yang dimaksud adalah jika memang menilai nepotisme politik itu tidak baik, tentu jangan ditiru.

“Ya kalau tahu itu tidak baik ya di dalam kampus jangan ditiru, jangan dilakukan. Gitu saja,”ungkapnya.

Senada, Rektor Universitas Muhammadiyah Kudus, Dr Edy Soesanto mengaku sepakat dengan penilaian dari Prof Darsono atas isu nepotisme dalam Pilpres 2024.

“Ya kapasitas kami apa sih. Kami kan juga tidak mungkin teriak-teriak, paling rasan-rasan di WA. Yang penting, hal seperti itu jangan ditiru,”ungkapnya.

Sebagaimana diketahui, dialog Forum Rektor Kabupaten Kudus yang digelar di Kampus UMK, Rabu (22/11) diikuti oleh Rektor dari empat perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Kudus. Dialog tersebut digelar untuk menyongsong tahun politik 2024.

Keempat perguruan tinggi tersebut adalah Universitas Muria Kudus, Universitas Muhammadiyah Kudus, IAIN Kudus dan ITEKES Cendikia Utama.

Ali Bustomi