Oleh: Syams Aris Ibrahim
Horog-horog adalah salah satu makanan khas kota Jepara yang terbuat dari tepung aren. Jika berkunjung ke Jepara tak akan lengkap jika belum mencicipi makanan khasnya yaitu horog-horog. Makanan tradisional ini lahir dan berawal dari masyarakat Jepara yang saat itu kesulitan mendapatkan nasi, sehingga horog-horog menjadi makanan pengganti yang diminati oleh masyarakat Jepara.
Makanan ini berkembang pada saat Jepang menguasai kota Jepara, dimana saat itu masyarakatnya dilarang mengkonsumsi nasi. Sekalipun petani memiliki hasil panen tetapi berasnya tidak boleh dijual kepada warga, jika ada yang melanggar menyembunyikan beras atau makan nasi maka akan mendapatkan hukuman. Sebagai gantinya masyarakat makan ketela, jagung, umbi-umbian dan sagu.
Pada saat itu di Jepara banyak sekali terdapat pohon aren, sehingga warga berinisiatif membuat horog-horog yang bahan bakunya dari tepung aren. Makanan ini kaya akan protein dan karbohidrat sehingga dapat dijadikan sebagai makanan alternatif pengganti nasi.
Horog-horog merupakan makanan khas jepara yang mulai langka tetapi masih tersedia hanya di Jepara. Hal ini diakibatkan bahan baku utama yang didapat dari pohon aren sudah mulai langka dan sulit dicari yaitu tepung aren.
Proses pembuatan
Proses pembuatan horog-horog terbilang panjang dan lama, dengan proses yang tidaklah mudah. Dimulai dari pengerukan sagu dari batang aren yang sudah ditebang, selanjutnya dibuat menjadi tepung aren dengan proses yang panjang juga. Kemudian tepung tersebut dijemur sampai benar-benar kering.
Setelah tepung kering kemudian dikeringkan lagi dengan cara disangrai dengan api kecil (rangin-rangin) atau diletakkan diatas bara panas sampai tepung benar-benar kering dan juga matang. Proses selanjutnya tepung aren yang sudang disangrai tersebut didinginkan, setelah dingin kemudian dicampur/diaduk-aduk dengan air. Istilah jawanya diura-ura dengan air tapi tidak boleh sampai basah.
Tepung yang sudah diaduk/diura-ura selanjutnya dikukus sampai matang. Jika sudah matang adonan yang dikukus tadi kemudian diturunkan dan diaduk-aduk (diura-ura) lagi, kali ini prosesnya tanpa menggunakan air. Tahap selanjutnya dikukus lagi sampai matang, jangan lupa selama pengukusan tetap diaduk (diura-ura) sampai terbentuk gumpalan-gumpalan kecil berbentuk kristal dengan tekstur kenyal.
Setelah adonan horog-horog matang dimasukkan dalam wadah yang dialasi dengan daun pisang. Adonan bisa dipadatkan setelah dingin dipotong-potong atau diura-ura lagi sampai menjadi butiran-butiran kecil. Adapun desa yang membuat makanan khas Jepara ini diantaranya desa Menganti, Bugel, Karanggondang, Plajan, dan sejumlah desa lainnya di Kabupaten Jepara.
Cara menikmati
Ternyata makanan dari tepung aren ini dapat disulap dan divariasikan menjadi beragam menu makanan yang lezat dan bergizi. Kita dapat menikmatinya dengan berbagai makanan lain, diantaranya; horog-horog dipadu dengan pecel, dinikmati dengan kikil juga sate kerang, dan juga dimakan dengan bakso dengan kuah yang mengepul panas akan terasa segar dan nikmat. Rasanyapun tak kalah lezat dengan makanan lainnya.
Tak ketinggalan saat bulan puasa horog-horog juga disajikan dan divariasikan dengan berbagai minuman, misalnya bersama rujak degan, es campur, es teler, horog-horog kuah santan dan diberi gula juga dengan variasi lainnya. Intinya jika ke Jepara jangan sampai ketinggalan mencicipi horog-horog sebagai kuliner wajib.
Nilai ekonomis
Sekalipun pembuatannya cukup lama, namun harga horog-horog tidaklah mahal. Pada saat kita berkunjung ke pasar-pasar tradisional di Jepara kita dapat menemukan makanan tradisional tersebut. Dari segi harga tidaklah mahal dan cukup terjangkau semua kalangan, karena harganya hanya berkisar antara Rp. 1.000,- sampai Rp. 5.000,- tergantung dari besar kecilnya potongan.
Selain dijual dengan potongan kecil biasanya di pasar horog-horog juga dijual dalam potongan besar, kita bisa membeli satu wadah dengan harga Rp. 30.000,- atau dipotong lagi menjadi seperempat dengan harga Rp. 8.000,-. Dapat dilihat jika makanan khas jepara ini dapat dijadikan pendapatan pada bidang kuliner dengan berbagai variasi menu dalam penyajiannya.
Untuk melestarikan makanan tradisonal horog-horog tersebut, masyarakat Jepara juga diharapkan untuk memperhatikan kelestarian pohon aren. Jangan sampai pohon aren habis ditebang, sehingga keberadaan makanan tradisional ini akan semakin sulit ditemukan. Pelestarian ini dapat diupayakan dengan cara penanaman pohon aren di gunung untuk mencegah kepunahan pohon aren.
Penulis adalah Mahasiswa FIP UPGRIS Semarang