Teguh Hindarto memberi penjelasan di salah satu bangunan peninggalan Belanda di kota Prembun, Kebumen, Minggu 12/11.(Foto:SB/Historical Study Trips)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Menyusuri bangunan tua selalu menarik karena mengandung berbagai kisah sejarah dan peristiwa penting di masa lalu.

Seperti di era kolonial, sebuah administrasi pemerintahan berstatus “regentschap” (kabupaten) terdiri dari “district” (kawedanan) dan “onderdistrict” (kecamatan).

Sebelum tahun 1936, di wilayah Kebumen juga masih terdapat  Karanganyar. Daerah itu dulu belum dihapuskan statusnya sebagai  kabupaten dan digabungkan dengan Kebumen.

Kawedanan di bawah Kebumen meliputi Kebumen (memiliki dua kecamatan yaitu Kebumen dan Buluspesantren), Alian (memiliki dua kecamatan yaitu Alian dan Sadang), Kutowinangun (memiliki dua  kecamatan yaitu Kutowinangun dan Ambal).

Prembun dulu memiliki tiga kecamatan yaitu Prembun, Merden, dan Mirit. Beberapa nama wedono yang pernah menjabat di Prembun antara lain tercatat Raden Ario Sosro Koesoemo (1890), Raden Tirtodrono (1904), Raden Sosromidjojo (1913), dan Raden Joesoef Poerboadiwidjojo (1932).

Demikianlah petikan pemaparan oleh Teguh Hindarto SSos MTh dari Historical Study Trips (HST) dalam kegiatan study trip sesi ke-11, yang  mengusung  tema, “Mlaku Prembun: Menyusuri Bangunan dan Peristiwa Sosial Ekonomi Era Hindia Belanda.”

Peserta Historical Study Trip berada di Stasiun Prembun Kebumen, 12/11.(Foto: SB/HST)

Study trip kali ini berlangsung pada Minggu, 12 November 2023. Perjalanan  diawali dengan peserta berkumpul di kantor UPTD DPU Kutowinangun, dan dilanjutkan berkonvoi kendaraan menuju beberapa lokasi.

Pelacakan Dokumen Belanda

Dalam tema study trip kali ini peserta diajak untuk memahami Prembun sebagai sebuah wilayah eks kawedanan. Melalui sejumlah pelacakan dokumen era kolonial, baik berupa berita surat kabar maupun artikel, Teguh Hindarto memberikan pemetaan historis untuk memahami keberadaan sejumlah gedung dan bangunan tua baik milik orang-orang Belanda maupun orang Jawa.

Beberapa tempat yang dipilih untuk memenuhi tema kali ini adalah merentang dari periode tahun 1870-an hingga 1930-an. Rumah Kepala Desa di era kolonial yang terletak di Wonocolo dipilih menjadi bagian kunjungan karena pada tahun 1939 tertulis dalam berita surat kabar berbahasa Belanda perihal munculnya Gerakan Ratu Adil di rumah ini.

Bangunan tua di sebelah selatan rel kereta api yang diduga menjadi rumah dinas kepala halte kereta Prembun menjadi lokasi berikutnya yang dipilih untuk dikunjungi.

Tidak lupa kunjungan ke kawasan eks kompleks pabrik gula (suikerfabriek) “Remboen” dan kantor karyawan yang sekarang telah menjadi kantor Polsek Prembun, serta eks kompleks kawedanan yang sekarang menjadi kantor kecamatan Prembun.

Khusus Polsek Prembun ini mesk bangunan tua masih kokoh, denga ciri khas arsitektur bangunan Belanda yang tinggi dan kokoh. Bahkan lantai bangunan dengan tegel lama tinggalan kolonal pun masih nampak bersih dan anggun.

Sedangkan Monumen Tentara Pelajar diulas secara singkat untuk memahami peristiwa Agresi Militer Belanda II tahun 1949 di Prembun

Menurut penjelasan Teguh, latar belakang sejarah yang menyelimuti sebuah kota di balik bangunan tua bukan untuk dirobohkan dan dilupakan begitu saja. Sebaliknya untuk dirawat dan disusun kisah-kisahnya menjadi ingatan kolektif masyarakat di masa kini dan tentu untuk kepentingan masa mendatang.

Komper Wardopo