blank
Sebelum ada pandemi Covid-19, secara rutin dipentaskan wayang ruwatan massal di Objek Wisata Waduk Gajahmungkur Wonogiri, Event wisata budaya Suran ini disatukan dengan kirab dan jamasan pusaka Sambernyawa.(SB/Bambang Pur)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Selasa Tanggal 7 Nopember hari ini, merupakan Hari Wayang Dunia. Ini berkaitan erat dengan penetapan wayang kulit Indonesia sebagai warisan dunia. Penetapan dilakukan Tanggal 7 Nopember 2003 oleh UNESCO.

Sebagai organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations, UNESCO bergerak di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Tepat hari ini 20 tahun (dua dasa warsa) yang lalu, telah menetapkan wayang sebagai Mahakarya Warisan Budaya Tak Benda (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Sementara itu, lewat Keputusan Presiden (Keppres) Indonesia Nomer: 30 Tahun 2018 atau 5 tahun lalu, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) pada Tanggal 17 Desember 2018, menetapkan bahwa Tanggal 7 November adalah Hari Wayang Nasional (HWN).

Terkait hal tersebut, sebagai Bangsa Indonesia, lewat upaya sekecil apapun partisipasi untuk mengembangsuburkan rasa mencintai dan ikut memiliki wayang kulit, menjadi bentuk nyata dalam ikut menjunjung dan melestarikan budaya warisan leluhur.

Itu sebagaimana dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Bertempat di Museum Wayang Nasional yang berlokasi di Padepokan Pak Bei Tani di Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri, digelar serangkaian acara dalam menyambut dan memeriahkan peringatan Hari Wayang Dunia atau Hari Wayang Nasional Tahun 2023.

Museum tersebut didirikan oleh Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi. Peresmian museum dilakukan Tahun 2004 oleh Presiden RI Ke-5 Megawati. Museum yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri ini, memiliki sekitar 200 koleksi wayang yang memiliki nilai sejarah.

Jenis wayang yang dikoleksi meliputi Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek, Wayang Bali, Wayang Klithik, Wayang Suket, Wayang Beber, Bakalan Wayang dan Topeng Wayang. Di Museum yang terletak sekitar 23 Kilometer (KM) arah barat daya Ibukota Kabupaten Wonogiri ini, juga mengoleksi lukisan wayang Semar terkecil di dunia (berukuran 3 × 3 CM) karya seniman Ki Djoko Sutedjo.

Minta Hujan

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri, Eko Sunarsono, menyatakan, di Museum Wayang Nasional di Wuryantoro, telah digelar lomba dalang remaja dan dalang bocah. Juga menggelar lomba karawitan pelajar. Serangkaian event perlombaan ini, sekaligus sebagai upaya nguri-uri (melestarikan) wayang sebagai seni budaya adi luhung yang telah diakui sebagai warisan dunia.

Budayawan Jawa peraih Anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Pranoto Adiningrat, mengatakan, banyak pihak menyebutkan wayang hadir sebagai tontonan dan tuntunan. Pranoto yang Abdi Dalem Keraton Surakarta ini berkata: ”Lebih dari itu, wayang juga hadir dengan segala kelebihan yang memiliki beragam falsafah dan mempunyai nilai religius di sejumlah dimensi kehidupan.”

Pranoto, yang ikut membidani lahirnya Museum Wayang Nasional di Wuryantoro, Wonogiri (saat dia menjabat sebagai Kepala Badan Kepegawaian Daerah Pemkab Wonogiri), menyebutkan, wayang banyak digunakan sebagai media dalam menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan tata kehidupan masyarakat di Nusantara.

Wayang dipentaskan sebagai manifestasi wujud syukur, saat masyarakat menerima kebahagiaan. Seperti pementasan wayang yang dilakukan kaum agraris selepas panen raya, atau insan nelayan dalam tasyakuran karena panen ikan melimpah. Juga saat ada peresmian projek pembangunan, saat suka cita memeriahkan peringatan hari bersejarah dan lain-lain.

Di sisi lain, wayang dijadikan media untuk memanjatkan permohonan kepada Tuhan sebagai ikhtiar membebaskan lilitan kesialan hidup. Contohnya, pada pentas wayang ruwatan. Lebih dari itu, wayang juga dijadikan media memohon keselamatan, sebagaimana wayangan di ritual Bersih Dusun dan Bersih Desa serta Ruwat Nagari.

Dalam dimensi lain, wayang juga dipakai sebagai media memanjatkan permohonan kepada Tuhan. Melalui pentas Lakon Patih Udan Agung, dijadikan sarana ritual memohon turunnya hujan. Ini dilakukan, ketika musim kemarau berlangsung panjang dan tidak pernah ada hujan kiriman. Wayang juga dipentaskan sebagai sarana tolak balak, saat ada pagebluk.
Bambang Pur