blank
Ketua Program Studi S1-Psikologi USM, Yudi Kurniawan, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog dalam Talkshow USM Update dengan tema "Deteksi Dini Risiko Bunuh Diri Pada Mahasiswa" di Studio Radio USM Jaya FM Gedung N USM, baru-baru ini.(Foto:News Pool USM)

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Gangguan depresi jadi pemicu utama munculnya ide tindakan melakukan bunuh diri, lalu ketiadaan serta kurangnya support sosial, tidak ada dukungan dari keluarga, teman maupun rekan, sehingga seseorang berpikir bahwa tidak ada lagi harapan yang bisa dilakukan hingga memutuskan untuk bunuh diri.

Hal itu diungkapkan Ketua Program Studi S1-Psikologi USM, Yudi Kurniawan, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog dalam Talkshow USM Update dengan tema “Deteksi Dini Risiko Bunuh Diri Pada Mahasiswa” di Studio Radio USM Jaya FM Gedung N USM, baru-baru ini.

Yudi mengatakan, pihaknya prihatin terhadap kasus mahasiswa bunuh diri yang terjadi baru-baru ini.

”Stigma yang sering beredar di masyarakat berkaitan dengan seseorang yang melakukan tindak bunuh diri merupakan individu yang tidak berpendidikan atau tidak beriman, padahal sebenarnya tidak. Sebab bunuh diri ini sesuatu yang sangat kompleks dan bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul begitu saja,” katanya.

Dia menjelaskan, berdasarkan beberapa riset, stressor atau penyebab stress seperti akademik menjadi salah satu penyumbang untuk stress secara umum. Sementara itu, stressor berhubungan dengan persepsi yang terbentuk akibat pengalaman yang dialami oleh seseorang.

”Bagi mahasiswa yang punya problem di kerjaan, dia mungkin lagi gak punya uang, atau lagi ada problem keluarga itu bisa menambah stressornya. Adanya tugas akademik ini bisa menjadi pencetus, bukan menjadi faktor utama mahasiswa melakukan tindak bunuh diri,” jelasnya.

Menurutnya, kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Artinya, seseorang pergi ke psikolog tidak selalu terkait denga masalah berat melainkan juga screening atau edukasi. Layanan psikologi di Kota Semarang telah tersedia baik di rumah sakit hingga kampus seperti USM.

Salah satu tanda yang dapat diamati seseorang yang tengah mengalami kesehatan mental kurang baik yaitu dari perubahan perilaku. Namun terkadang tidak sedikit individu yang pintar menggunakan persona atau topeng, sehingga dalam kasus tersebut, harus adanya obrolan secara mendalam atau deep talk.

“Kalau teman itu mungkin bisa membantu dalam konteks mendengarkan tetapi tidak untuk memberikan terapi atau intervensi, maka memang teman ini vital sekali perannya sebagai support sistem,” ungkapnya.

Dia menambahkan, untuk mengurangi kasus bunuh diri harus dilakukan secara bersama-sama dan saling berkolaborasi serta bagi yang mengalami masalah mental untuk dapat merawat kesehatan mental dengan mengenal diri sendiri, adaptasi, dapat mengenal emosi baik negatif maupun positif, dan menceritakan masalah yang dialami kepada teman, keluarga maupun psikolog atau psikiater.

”Untuk mahasiswa USM yang ingin melakukan konsultasi gratis terkait psikologis bisa melalui Satuan Tugas Konseling Mahasiswa atau DM Instagram satgaskonselingmahasiswa. Bagi masyarakat umum, USM ada Jasa Layanan Psikologi seperti layanan tumbuh kembang anak, hingga layanan konseling bisa langsung ke Psikologi USM atau mendaftar di website psikologiusm.ac.id,” jelasnya.

Muhaimin