blank
Sejumlah narasumber berbicara dalam seminar "Membaca Geopolitik Konflik Israel-Palestina" di Hotel Pandanaran, Sabtu (29/10/2023). Foto: Dok Unwahas

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Program studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) menyebut peran China dinantikan untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel.

“Peran Tiongkok sangat dinanti khususnya dalam hal mediasi, sebagaimana dilakukan saat menormalisasi Arab Saudi dengan Iran, ” kata Andi Purnomo, pengajar Prodi Ilmu Hubungan Internasional Unwahas, di Hotel Pandanaran, Sabtu (29/10/2023).

Ya, persoalan konflik Palestina-Israel dibahas dalam seminar yang diselenggarakan lembaga riset dan pengkajian Sino-Nusantara Insitute bekerjasama dengan Prodi Ilmu Hubungan Internasional Unwahas Semarang.

Seminar yang mengangkat tema “Membaca Geopolitik Konflik Israel-Palestina” dihadiri lebih dari 150 peserta dari mahasiswa aktivis organisasi kepemudaan, Ormas perwakilan NU, Muhammadiyah dan lain sebagainya.

Ada tiga pembicara utama, yakni Andi Purwono (dosen Ilmu Hubungan Internasional Unwahas), Nostalgiawan Wahyudi (peneliti Pusat Riset Politik BRIN) serta Ahmad Syaifudin Zuhri  (Direktur Sino-Nusantara Institute). Adapun Ismiyatun (Kaprodi Ilmu HI Unwahas) bertindak sebagai moderator.

Dalam sesi diskusi, Andi Purwono menyebut konflik Israel-Palestina sebagai hal yang rumit. Disebutkan bahwa konflik ini merupakan pertikaian tertua sejak berakhirnya Perang Dunia II, meski telah banyak dilakukan jalur-jalur damai.

Keberpihakan AS

“Sejarah mencatat, terdapat keberpihakan Amerika Serikat khususnya terkait kepentingan nasionalnya. Antara lain menjaga kelangsungan impor minyak, serta menjaga eksistensi Israel,” paparnya.

Nostalgiawan Wahyudi juga memberikan analisis adanya tekanan Amerika Serikat dalam konflik Israel-Palestina.

AS dan sekutunya, memberi dukungan besar kepada Israel dalam persenjataan dan politik. Sikap standar ganda Barat juga begitu terang-terangan.

Hal itu juga diamini oleh Ahmad Syaifudin Zuhri bahwa sikap dukungan ke Israel oleh AS dan Barat bahkan dilakukan melalui NGO internasional yang mendapat sokongan dana Barat, seperti World Uighur Congress (WUC).

Zuhri, saapan akrabnya, menyebut WUC yang selama ini getol mengklaim mengkampanyekan HAM etnik Uighur Xinjiang Tiongkok di seluruh dunia.

‘WUC yang berpusat di Jerman, juga terang-terangan mendukung Israel, ” kata dia.

Lebih lanjut, Zuhri mengungkap bahwa apa yang dilakukan WUC sungguh ironi. WUC melakukan pernyataan resminya pada 9 Oktober kemarin, dan WUC tidak menyinggung sama sekali korban Israel di Gaza.

Seperti yang diposting oleh Dolkun Isa, Presiden WUC, dalam akun twitter/X @Dolkun_Isa pada 10 Oktober lalu.

Statement WUC sebagaimana disinggung Zuhri juga diperkuat sikap Rushan Abbas dan Omer Kanat, aktivis Uighur Human Right Program (UHRP).

Padahal mereka beberapa kali datang ke Indonesia dan Malaysia untuk berkampanye mencari dukungan organisasi dan kelompok muslim untuk aktivitasnya.

Dalam sesi wawancara dengan para jurnalis, Zuhri yang juga kandidat PhD Hubungan Internasional Central China Normal University (CCNU), Tiongkok.

Ia berharap bahwa tragedi kemanusiaan yang terjadi pada Israel-Palestina jangan sampai berkepanjangan.

“Konflik kemanusiaan ini harus segera dihentikan dengan upaya bersama, “kata dia.

 

Diaz Aza