Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Kota Semarang, Tri Supriyanto, mengatakan, di Sentra Batik Alam di Malon, Kecamatan Gunungpati tersebut terdiri dari tiga lantai.
“Di lantai satu berfungsi sebagai tempat produksi dan edukasi cara pembuatan batik dengan pewarna alam,” katanya.
Di lantai dua, terdapat galeri hasil produksi batik dengan pewarna non-kimia, baik berupa baju, kain, tas, topi, dan sebagainya.
Sedangkan untuk lantai tiga ada aula pertemuan sebagai tempat seminar, terutama untuk menyambut tamu dari luar daerah.
“Di sini ada 20 UMKM pembuat batik yang kami kurasi. Nantinya akan kami usulkan dibuat SK (Surat Keputusan) Wali Kota Semarang agar mereka bisa bergantian menempati ruang di sini. Karena keterbatasan tempat,” katanya.
Dinas Perindustrian akan menata pelaku usaha di Sentra Batik Alam di Malon ini agar setiap harinya ada berbagai kegiatan dan aktivitas proses batik dan galeri batik.
Termasuk juga ada mentor yang menjelaskan jika ada tamu yang ingin mengetahui cara dan teknis membuat batik. Termasuk mengedukasi warga sekitar untuk pelatihan membatik dan membuat pewarna dengan bahan dari alam, bukan dari pewarna kimia.
“Jadi tidak hanya seremonial diresmikan terus sepi, tapi kita juga berikan informasi dan sosialisasi kepada OPD maupun masyarakat supaya bisa menggunakan gedung ini untuk pelatihan-pelatihan,” katanya.
Ia menjelaskan, jika Sentra Batik Alam ini menjadi tempat yang terbuka bagi masyarakat umum sebagai lokasi pelatihan dan edukasi batik.
“Setelah peresmian ini. Nanti melihat evaluasi dari Bu Walikota, mana yang harus kita benahi. Kami berharap produksi dari Sentra Batik Alam ini bisa sejajar, bahkan di atas produk batik dari kota-kota yang kita kunjungi dan memiliki batik,” katanya.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, sentra batik ini dipersiapkan supaya ada manfaatnya bagi yang berkunjung. Bisa dengan belajar membatik, hingga pemahaman proses lengkap membatik.
Hery Priyono