JEPARA (SUARABARU.ID)- Melihat kondisi perairan Karimunjawa yang sudah sangat tercemar, pemerintah seharusnya segera menjalankan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menutup semua budidaya udang intensif. Juga memberikan sanksi lingkungan dengan membayar kerusakan yang sudah ditimbulkan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Dr. Ir. Sri Rejeki, M.Sc Guru Besar bidang Akuakultur di Department Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip Semarang dalam wawancara khusus dengan SUARABARU.ID Selasa (24/10-2023) malam, menanggapi semakin meluasnya dampak lingkungan di Karimunjawa
Guru Besar dalam bidang Akuakultur yang menekuni bidang Akuakultur Pantai Berkelanjutan atau Sustainable Coastal Aquaculture ini dihubungi saat sedang berada di Tanzania dalam rangka kerjasama pengembangan Akuakultur Ramah Lingkungan FPIK Undip – Wageningen Marine Research – Tanzania Fisheries Research Institution.
Menurut Prof. Dr. Ir. Sri Rejeki, M.Sc limbah budidaya udang intensif tidak hanya meningkatkan pertumbuhan lumut sutra tetapi juga mengakibatkan penurunan oksigen dalam air. “Akibatnya biota laut Karimunjawa pada stres karena rendahnya kandungan oksigen dalam air,” ujarnya
“Selanjutnya, karena oksigen dalam air yang rendah mengakibatkan penguraian material organik dari limbah budidaya udang intensif tidak berjalan sempurna, akan menjadi gas NH3-Amonia yg sangat beracun sehingga mengakibatkan kematiaan masal biota laut penghuni perairan laut Karimunjawa,” tambah Prof. Dr. Ir. Sri Rejeki, M.Sc
Jadi menurut Prof. Dr. Ir. Sri Rejeki, M.Sc akibat dari budidaya udang intensif, biota laut perairan Karimunjawa ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. “Jika limbah organik udang intensif terurai sempurna terjadi peningkatan unsur hara enrichment dalam air yang mengakibatkan terjadinya blooming plankton dan lumut sutra,”terangnya
Ia menjelaskan, jika limbah organik udang intensif tidak terurai sempurna karena kandungan oksigen dalam air rendah mengakibatkan kandungan Amonia-NH3 yang beracun dalam air laut Karimunjawa meningkat, akibatnya terjadi kematian masal biota laut.
Menurut Prof. Dr. Ir. Sri Rejeki, M.Sc, kondisi ini diperparah lagi jika para pembudidaya udang intensif menggunakan anti biotik dan pestisida kimia (anorganik). “Pestisida kimia dan anti biotik tidak bisa terurai secara biologis, bersifat presisten dan akumulatif dalam air dan tanah,” terangnya
Jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut, maka hasil tangkapan nelayan akan turun drastis. Juga kemungkinan Kepulauan Karimunjawa tidak bisa lagi jadi destinasi wisata nasional dan international. “Sebab Karimunjawa kehilangan daya tarik utamanya,” ujarnya
“Pencemaran dari perairan Karimunjawa jika terbawa arus laut ke lokasi lain, akan menimbulkan dampak yang sama,” pungkasnya. Karena itu pemerintah harus bertindak cepat dan tegas. tambahnya
Hadepe