Hanya, dia merasa ‘terganggu’ dengan mulai langkanya tulisan-tulisan kritis dari wartawan tentang dunia olahraga seiring merusaknya konten berita yang merujuk budaya pop dan viralitas. Berita kritis olahraga, misalnya mandeknya prestasi luput dari sorotan tergantikan oleh ‘Sportainment’.
”Wartawan olahraga menurut saya harus terus diasah ketajamannya, kepekaaan dalam memandang kondisi atlet, sistem kepelatihan, pasang surut prestasi. Hanya dengan cara ini, wartawan bisa turut mengambil peran memajukan olahraga,” ujar penulis buku bertema olahraga, diantaranya, Potret Olahraga (1994), Sepakbola Semarangan (1999), Sepak ”Dolar” Bola (2017), dan Sepotong Mimpi dari Rusia (2018), yang mayoritas bersumber dari pengalaman jurnalistiknya.
Sementara itu, perwakilan dari Kemenpora Luluk Hadiyanto mengatakan, penghargaan ini sebagai bentuk kehadiran dan apresiasi Pemerintah kepada pelaku-pelaku olahraga hebat di zamannya.
”Mungkin penghargaan ini tak seberapa, namun ini bentuk perhatian Pemerintah agar jasa-jasa pelaku olahraga yang berkontribusi bagi kemajuan olahraga selalu diingat,” kata mantan pebulutangkis nasional itu.
Luluk mengatakan, penghargaan dalam memperingati Haornas 2023 ini diberikan kepada 53 pelaku olahraga yang terdiri atas atlet, pelatih, mantan atlet, mantan pelatih, wartawan olahraga, dan mereka yang berjasa setidaknya hanya berkecimpung di olahraga prestasi tapi juga olahraga masyarakat.
Ning S