blank
Vita Ervina mencicipi makanan hasil olahan ikan, hari ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Sektor perikanan sangat luas, masih terbuka peluang usaha bidang perikanan. Bisa jadi pengusaha perikanan, apalagi kalau dari hulu sampai hilir bergerak bersama.

Anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina, mengatakan hal itu dalam acara bimbingan teknis sekaligus sosialisasi mutu dan nilai tambah produk perikanan di aula Desa Tampirkulon, Candimulyo, Kabupaten Magelang, hari ini (Rabu 11 Oktober 2023). Kegiatan itu diarahkan untuk bisa meningkatkan mutu perikanan.

Menurut anggota FPDI-P itu, melalui kegiatan tersebut diharapkan akan meningkatkan daya saing warga untuk membuat olahan usaha baru. Apalagi pemerintah juga
mendorong petani, nelayan, pembudidaya ikan dengan bantuan permodalan. Itu sangat efektif karena tanpa jaminan, bunganya murah.

Sebagai gambaran, pinjaman modal tanpa jaminan bisa sampai Rp 100 juta dengan bunga sekitar 5 persen/tahun. Sedangkan kalau sampai Rp 500 juta bunganya sekitar 6 persen/tahun.

Dalam kesempatan yang sama dia ingin, melalui kegiatan itu diharapkan pembudidaya ikan tidak hanya di pembenihan atau pembesaran saja, tetapi juga sampai pengolahan dan pemasaran. Sisi lain, juga memperhatikan kualitas dan mutunya, sehingga ikan yang dihasilkan segar dan sehat. “Itu yang kami harapkan, untuk meningkatkan daya saing mereka,” katanya.

Di sisi lain, saat ini tingkat konsumsi ikan di Magelang sebesar 21 kilogram per kapita. Angka tingkat Jateng 56 kg per kapita. Maka, kata dia, perlu terus didorong agar masyarakat meningkatkan kesadarannya mengonsumsi ikan. “Dengan olahan- olahan pangan, masyarakat bisa meningkatkan konsumsi ikan,” harapnya.

Selama ini, akibat stigma bahwa ikan adalah amis, maka banyak yang tidak suka mengonsumsi ikan. Walau pembibitan sudah banyak, tetapi untuk dijual, bukan untuk dikonsumsi sendiri. “Seperti di wilayah Candimulyo, kalau pembenihannya banyak, sebaiknya juga memperhatikan konsumsi ikan. Jadi tidak semua hasil dijual, tetapi mereka mengonsumsi ikan,” katanya.

Meningkat

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, Joni Indarto, yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, tingkat konsumsi ikan dari tahun ke tahun meningkat. Tahun 2019 masih 19 kg/kapita, sekarang sudah 21,67 kg/kapita. Angka untuk Jawa tengah 56 kg/kapita, nasional lebih dari 70 kg/kapita. “Di daerah yang ada pesisir pantainya memang cukup tinggi tingkat konsumsi ikannya,” katanya.

blank
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan menyerahkan cenderamata kepada peserta Bintek, hari ini. Foto: eko

Untuk meningkatkan konsumsi ikan, di Magelang ada kegiatan gemar makan ikan juga ada bantuan ikan. Khususnya ditujukan ke stunting. Juga ada sosialisasi pengolahan seperti itu.

Dengan kegiatan tersebut, harapannya angka konsumsi ikan di Kabupaten Magelang bisa lebih tinggi lagi. Selain itu kepemilikan sertifikat kelayakan usaha perikanan juga terus didorong. Diakui, selama ini tidak punya sertifikat pun tetap bisa menjual.

“Mudah-mudahan ada kesadaran masyarakat agar terkait prosedur pengolahan juga bisa mengikuti apa yang menjadi ketetapan pemerintah,” harapnya.

Bagi UKM yang ingin mendapatkan sertifikat akan dibantu pengurusannya melalui kantor yang dia pimpin.

Petugas Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu, Departemen Peternakan dan Perikanan, Tri Indah Yosianti, mengatakan, di Magelang banyak olahan ikan nila dan lele. Caranya tidak diolah dengan baik. Misalnya dipanaskan, tidak langsung diolah. Itu menyebabkan mutunya tidak baik.

Sebaiknya setelah ikan diangkat dari tambak, dijaga kualitasnya, supaya ikan tetap baik. Kemudian dibawa ke tempat pengolahan ikan, baik mikro kecil, menengah, besar, kemudian diolah untuk ditingkatkan nilai tambahnya

Hingga ada pertambahan nilai. Dari bahan baku harganya berapa, kemudian setelah diolah nilainya akan bertambah. Contoh ikan lele harga tiap kilogramnya Rp 24-25 ribu. Setelah diolah menjadi cookies ikan harganya mencapai Rp 50 ribu. Jadi tidak hanya menjual ikan segar.

Diakui, ikan lele berkompetisi dengan pedagang pecel lele di pinggir jalan. Tetapi bisa ditingkatkan menjadi satu produk yang memiliki nilai tambah. Bisa menjadi keripik, bakso, abon.

Dari kegiatan itu diajarkan bagaimana cara mengolah dengan baik, sehingga nilai jualnya jadi baik. Juga menjaga nilai mutunya.

Eko Priyono