Peri dalam cerita fiksi adalah makhluk halus yang dilukiskan sebagai bidadari yang jatuh cinta kepada manusia, lalu menjauh dari keramaian. Konon, peri itu sering jatuh cinta kepada manusia.
Sedangkan tuyul adalah jenis jin berbentuk kecil berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Ukuran tubuh antara 50 – 80 cm, dengan kepala gundul, kulit coklat kemerahan seperti balita.
Dibandingkan jenis hantu atau jin, tuyul lebih jinak. Mereka sering dipelihara manusia untuk mengambil barang, uang, bahkan ada tuyul yang dapat mencuri surat berharga, STNK, BPKB.
13 Jenis Hantu
Selain tuyul, ada berbagai kelompok makhluk halus. Di antaranya glundhung pringis atau istilah di Pati utara disebut glundhung pecengis sosok makhluk kecil yang dalam penampakan di alam nyata seperti buah kelapa yang menggelinding sambil meringis. Jenis hantu itu sering menampakkan diri.
Ada juga golongan hantu yang disebut memedi usus dan siapa yang melihat, tidak lama kemudian menjadi sakit. Setidaknya ada 13 jenis hantu yang dikenal, khususnya di Indonesia, khususnya Jawa.
Dari 13 itu, di antaranya genderuwo, wewe, kuntilanak, sundel bolong, peri, tuyul, kemamang, banaspati, tetekan tong-tongset, wedon (pocongan), glundhung pecengis, demit, siluman, dsb.
Benarkah orang yang sudah mati arwahnya bisa bergentayangan lalu menjadi hantu? Mestinya setiap orang yang meninggal itu arwahnya sudah kembali kepada Tuhan. Namun ada fenomena aneh yang menunjukkan adanya arwah orang mati itu ada yang bergentayangan.
Terutamanya, arwah orang yang meninggal dalam kondisi yang dia merasa tidak atau ikhlas dengan kematiannya, sehingga arwahnya berputar-putar dan dalam perjalanan itu dia terperangkap oleh kehendak nafsu.
Agar arwah atau roh tidak tersesat setelah kematian, perlu kita dasari bahwa mati itu bukan akhir dari perjalanan. Kematian itu salah satu dari “halte” yang harus dilalui ketika akan menghadap Tuhan, dan tidak ada harta yang dibawa ke alam kubur, kecuali amal dan kebijakan kita.
Rewang, Teman
Arwah orang mati, jin dan setan, oleh sebagian orang diyakini dapat merasuk dalam tubuh manusia. Orang yang kemasukan roh halus disebut kesurupan atau perewangan. Lalu, apa beda antara kesurupan dan perewangan?
Keserupan adalah proses kemasukan atau masuknya roh, makhluk halus baik yang disengaja atau tanpa disengaja. Namun orang yang kesurupan biasanya tidak sadarkan diri. Dan tanda-tandanya mirip kondisi stres, dan suara pun berubah.
Istilah perewangan adalah sebutan untuk dukun yang menggunakan rewang atau teman dari kalangan roh halus yang masuk pada wadhag yang mengundang. Sedangkan tuyul, digambarkan seperti anak kecil, yang senang bermain dengan balita, dan itu menyebabkan balitanya menangis atau rewel.
Tanda dari orang yang kerasukan itu, dia sadar, suara tidak berubah, kepala menunduk dan kepalanya mendongak saat prewangannya keluar dari dalam tubuh.
Lalu bagaimana dengan tuyul? Barawal dari sering kehilangan uang dalam dompet dan berkurang satu lembar, padahal saat itu dompetnya ditaruh palam almari dan dalam posisi dikunci.
Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati