KUDUS (SUARABARU.ID) – Eks Ketua Mantiqi III kelompok Jamaah Islamiyah (JI), Abu Tholut menilai Pemilu 2024 rawan ditunggangi kelompok berpaham radikalisme dan intoleransi yang berpotensi memecah belah kesatuan bangsa.
Untuk itu, pria yang pernah ditangkap Densus 88 pada 10 Desember 2010 di kediamannya di Desa Cendono, Kecamatan Bae tersebut mengimbau seluruh umat muslim serta seluruh masyarakat pada umumnya untuk tidak mempercayai isu atauh hoaxs yang dapat membuat situasi tidak kondusif.
“Saya mengimbau kepada masyarakat, umat islam, rekan-rekan eks Napiter jangan sampai terpangaruh isu yang tidak benar hoaks atau yang mempengaruhi kondusivitas,” kata pria yang pernah menjadi orang nomor satu di jaringan JI wilayah Indonesia, Filipina dan Australia tersebut kepada wartawan, Senin (25/9).
Abu Tholut yang pernah divonis 8 tahun penjara dan bebas pada Oktober 2015 ini memang dikenal sebagai salah satu Napiter yang sudah menyatakan ikrar kesetiannya pada NKRI. Dia pun sering terlibat dalam berbagai kegiatan deradikalisasi bersama Densus 88.
Lebih lanjut, Abu Tholut mengatakan, gelaran pesta demokrasi Pemilu 2024 dimungkinkan akan membuat eskalasi dan situasi konflik akan meningkat. Hal ini terjadi karena berbagai bentuk kepentingan dari kelompok yang terlibat Pemilu.
“Dengan situasi ini, tentu banyak kelompok-kelompok tertentu yang akan memanfaatkan sitasu. Biasanya dari pendukung yang lebih fanatik dari tokohnya sendiri,”ujarnya.
Namun, yang cukup diwaspadai adalah jika konflik tersebut justru dimanfaatkan oleh kelompok radikalisme dan intoleran yang bertujuan memecah belah bangsa.
Kesuksesan Pemilu
Sementara, terkait sikap dari para eks napiter terhadap pelaksanaan Pemilu, kata Abu, khusus bagi eks Napiter yang sudah menyatakan ikrar ke NKRI, tentu siap mendukung pelaksanaan pesta demokrasi. Apalagi, para eks Napiter yang sudah menjalani proses deradikalisasi, tentu kini sudah membaur dengan masyarakat dan mengikuti apa yang terjadi di masyarakat.
Dia menyebut, hanya sebagian kecil rekannya sesame eks Napiter yang masih memiliki pemikiran bahwa Pemilu adalah sesuatu yang tidak berfaedah.
“Mungkin masih ada yang memiliki pemahaman Pemilu adalah hal yang tidak berfaedah dan bahkan ingin mengacaukan atau menggagalkan. Tapi saya rasa kelompok ini sudah melemah,”tukasnya.
Abu juga menyinggung tentang pentingnya pergantian kepemimpinan nasional. Meski dia melihat pemimpin yang ada saat ini masih jauh dari ideal, namun dia menyebut keberadaan pemimpin bangsa masih sangat penting.
Baca Juga:
Abu Tholut, Eks Napiter Asal Kudus Ini Sebut Radikalisme Mulai Menurun
Abu juga menyitir hadist nabi yang menyebut bilamana ada tiga orang sedang safar (berpergian), maka hendaklah salah satu diantaranya dijadikan pemimpin.
“Islam mengajarkan pentingnya ada pemimpin. Hadist nabi tersebut mencontohkan pentingnya pemimpin dalam skala terkecil pun,”tandasnya.
Sedangkan terkait dengan kelompok politik yang mengatasnamakan agama, menurut Abu Tholut, hal tersebut sudah tidak relevan lagi. Sebab, situasi saat ini partai-partai yang berbasis agama pun sudah menyebar dukungannya.
“Seperti PKS, PKB, PPP hingga Partai Umat yang merupakan pecahan dari PKS, dukungannya pun sudah menyebar. Jadi, saya kira tidak ada lagi yang bisa mengklaim mengatasnamakan agama,”pungkasnya.
Ali Bustomi