blank
Warga terlihat berdesak-desakan untuk bisa mendapatkan nasi jangkrik dalam tradisi buka luwur makam Sunan Kudus. Foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Ada masakan khas masyarakat Kudus dengan nama yang unik, yaitu nasi jangkrik. Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu. Nasi ini tidak ada jangkriknya sama sekali.

Nasi jangkrik adalah masakan favorit Sunan Kudus. Hidangan tradisional ini juga menjadi kegemaran Kiai Telingsing, seorang tokoh penyebar Islam Kudus bersamaan dengan Sunan Kudus.

Salah satu makanan favoritnya adalah nasi jangkrik. Mengenal awal mula dikenalnya nasi jangkrik dan apa saja ciri-cirinya, banyak cerita menarik mengenainya.

Nasi jangkrik merupakan salah satu makanan khas Kudus, namun namanya mungkin belum setenar soto kudus atu lentog tanjung. Tapi nasi jangkrik punya sejarah tersendiri.

blank
Nasi jangkrik. Foto: Sumber foto dari Cookpad.com

Masyarakat Kudus mengenal nasi jangkrik karena menu ini dijadikan sajian yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat pada tradisi buka luwur atau pelepasan kain selubung makan Sunan Kudus yang diadakan pada tanggal 10 Muharram. Tradisi yang juga disebut ‘Tradisi Sega Menara’ (baca: segO menOrO) ini pun masih berlangsung hingga kini.

Nasi jangkrik  terdiri dari nasi dengan lauk olahan daging kerbau yang dipotong dadu. Dalam seporsi nasi jangkrik terdiri dari nasi putih, olahan  daging kerbau, tahu, ada juga yang ditambah krecek, dengan kuah bersantan nyemek—sekedar basah, dengan cita rasa gurih. Cita rasa pedasnya berasal dari sambal yang biasa dijadikan pelengkap dalam nasi jangkrik.

Saat menyajikan nasi jangkrik, menjaga kearifan ekologis dengan menggunakan bungkus atau lemek daun jati, seperti pada saat pembagian nasi jangkrik pada tradisi buka luhur makam Sunan Kudus. Selain makanan yang sederhana, daun jati juga menambah aroma khas pada nasi sehingga mampu menambah nafsu makan, karena masakan menjadi lebih nikmat.

Asal Usul Nasi Jangkrik

Nasi jangkrik yang begitu unik dan nyentrik hingga menimbulkan pertanyaan mengenai asal usul namanya. Namun belum ada data yang dapat dijadikan acuan secara valid mengenai asal usul kata “Jangkrik” nama menu peninggalan Sunan Kudus ini.

Diambil dari sebuah cerita terkenal, nama jangkrik pernah digunakan Sunan Kudus semasa hidupnya.

Sunan Kudus dan wali lainnya berkumpul di tajug Menara Kudus. Kala itu, istri Sunan Kudus memasak suatu menu yang sangat lezat.

Saking lezatnya, ada yang menyeletuk, “Jangkrik masakan apa iki kok enake banget (jangkrik, masakan apa ini kok enak banget)?”

Celetukan itulah yang membuat makanan itu disebut dengan nasi jangkrik. Kuliner khas Kudus ini mudah ditemui di kawasan Jl. Sunan Kudus atau sekitar Menara Kudus. Bagi orang Jawa, kata “jangkrik” sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu semacam pisuhan (makian) namun kebih halus dab bernuansa positif seperti suasana hangat. Celutukan Kyai Telingsing sendiri memiliki arti pujian terhadap makanan yang dibuat dan disantap istri Sunan Kudus. Dari sinilah nama nasi jangkrik berasal.

Dinita Charissa Ludviana -Mg