Sekjen Puthut Yulianto dalam sambutannya mewakili Ketua Umum Ganjar Pranowo mengatakan, mengatakan, para alumni yang semasa kuliah punya aktivitas atau ngumpul-ngumpul dan meneruskan hobinya sampai saat ini, dan berlanjut menjadi bagian dari Kagama.

Misalnya Kagama Beksan, Adiswara, ArsDeeBee BigBand. “Jangan kaget kalau nanti muncul Kagama Gaple, tetapi kalau Kagama Samgong tidak ada,” kata Puthut bercanda.

Yang spektakuler adalah penampilan tari yang cukup kolosal “Mini Cakrawala Nusantara”. Lagu Lancang Kuning dari Riau mengawali tarian Melayu, dilanjut dengan tarian Nusantara lainnya Bali, Jawa, Dayak, sampai Papua.

17 Kelompok Beksan

Dian Nirmalasari, yang Ketua Beksan Kagama mengatakan, ada 17 kelompok beksan di seluruh Indonesia. Ditanya tentang bagaimana mengoordinasi anggota yang jumlahnya begitu banyak, dia menjawab, “Pakai whatsapp group lah. Sekarang gampang,” kata dokter gigi yang punya usaha bakery ini.

Drg. Dian Nirmalasari, Ketua Kagama Beksan yang juga pengusaha roti di Jogja. Foto: Widiyartono R.

Untuk penampilan di Kota Lama ini, dari Kagama Beksan Yogya tampil 27 penari dengan tiga tarian. Dari Semarang sebanyak 15 penari, dan terbanyak dari Jabodetabek.

Sedangkan Drg Sutanti dari Kagama Semarang saat dimintai komentarnya mengatakan dia bulkan penari. “Saya bukan penari. Saya hanya ikut-ikutan saja. Mbeksan-mbeksanan,” ujar kepala Puskesmas Poncol Semarang ini.

Menonton Kagama Kolaborasi, menyaksikan betapa kuatnya persaudaraan antaralumni. Tidak memandang sebagai apa saat mereka lulus kuliah. Ada yang jadi presiden, menteri, para pejabat, pengusaha, bahkan orang biasa saja. Tetapi mereka tetap bersatu dalam persaudaraan, KAGAMA.

Widiyartono R