Selanjutnya, pakar komunikasi politik ini menyatakan ruang publik seharusnya menjadi ruang dialog multi arah bukan sekedar tempat bermonolog para individualis yang tidak menghargai perasaan orang lain dan nilai nilai yang berkembang dalam masyarakat.

“Karenanya diharapkan para Paskibraka harus tampil dalam upaya  menjadikan ruang milik kita bersama ini kembali menjadi ruang terbuka yang santun, ruang nyata yang aman dan nyaman yang menghargai dan menghormati keberagaman  serta   ruang berpancasila tempat seluruh lapisan masyarakat  bisa berbagi nilai nilai persatuan dan kesatuan yang merupakan jiwa Indonesia,” ujar Romo Benny.

Paskibraka  harus dapat menjadi contoh bagaimana seharusnya kaum muda mengisi masa depannya dan karenanya dipandang perlu untuk para Paskibraka untuk senantiasa tidak hanya menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tetapi juga dengan nyata melakukannya dalam kehidupan sehari-hari dengan menjaga serta menghormati keberagaman.

“Sehingga kaum muda Indonesia dapat menemukan dan mengikuti  role model yang  mengerti serta  melaksanakan nilai nilai luhur bangsa ini , sehingga Pancasila dan Indonesia tidak menghilang digerus zaman” ujar Benny.

Sedangkan pembicara lain, Kasatgaswil Kalteng Densus 88 Kombes Pol. Y. Rombe Biantong, S.H menyatakan bahwa dalam era digital ini rekrutmen teroris tidak lagi dilaksanakan dengan pertemuan secara tatap muka.

Rekruting Teroris

“Perekrutan teroris sudah menggunakan metode masuk dalam media sosial , dengan mencari simpatisan melalui konten konten propaganda bernuansa emosional dan menggugah emosi dibalut dengan narasi bernuansa keagamaan,” kata Kombes Rombe Biantong.

Masyarakat yang tertarik dan terjebak dalam narasi ini kemudian pelan pelan ditarik untuk menjadi Intoleran yang cenderung memisahkan diri dari masyarakat yang beragam, mereka mulai membatasi diri dari orang orang serta kelompok yang berbeda dari mereka.

“Kemudian berkembang menjadi radikalis yang berpikir bahwa dengan percaya dan membagikan narasi negatif bernuansa kebencian kepada masyarakat yang berbeda identitas dari mereka merupakan bukti perjuangan hingga akhirnya menjadi teroris yang dengan nyata melakukan kekerasan dan membuat kehancuran kepada siapa saja yang berbeda persepsi dengan mereka,” ujarnya.

Kombes Rombe menyatakan, metode penyebaran ini tidak hanya terjadi kepada masyarakat di kota-kota besar namun keberadaannya juga sudah memasuki desa desa dan ke berbagai lapisan Masyarakat bahkan mereka  yang sehari  hari keberadaannya dihidupi oleh negara seperti ASN dan TNI-Polri.

“Maka Paskibra sebagai Ikon generasi Muda sekaligus representasi negara dan Pancasila harus mampu menjadi garda terdepan dalam  upaya menjaga persatuan dan kesatuan khususnya dalam upaya mencegah berkembangnya paham paham radikal yang keberadaannya mengancam persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia,” kata dia.

Benny kemudian menutup Sesi Tanya Jawab tersebut dengan menyatakan  bahwa “Generasi Muda khususnya Paskibraka harus memiliki Kemandirian di bidang Politik,budaya dan Kepribadian dalam berinteraksi di ruang digital  dengan Kemandirian ini diharapkan kita bisa senantiasa melakukan cek  dan ricek terhadap segala konten yang dibagikan di Media sosial dan menyebarkan pentingnya Kecerdasan literasi dalam menerima konten yang diterima di media sosial  hingga ruang digital dan media sosial yang aman dan nyaman bagi seluruh Masyarakat serta bebas hoaks,narasi perpecahan dan politik identitas dapat terwujud.”

wied