Lestari Moerdijat saat memberikan sambutannya secara daring, dalam diskusi bertema 'Mitigasi Kenaikan Kasus ISPA', yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (30/8/2023). Foto: lmc

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mengatakan, untuk mengatasi dampak polusi udara, dibutuhkan kerja bersama. Pemerintah, swasta, komunitas dan masyarakat, harus bersinergi untuk menemukan solusi terbaik melalui upaya mitigasi yang tepat.

”Perkiraan musim kemarau yang masih panjang, memerlukan persiapan dan kerja sama yang baik, untuk mengatasi dampaknya. Seperti peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Jangan saling melempar tanggung jawab dalam penanganannya, segera cari solusi terbaik,” kata Lestari, dalam sambutannya pada diskusi daring bertema ‘Mitigasi Kenaikan Kasus ISPA’, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (30/8/2023).

Diskusi yang dimoderatori Anggiasari Puji Aryatie (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI) itu, menghadirkan dr Ari Dwi Aryani MKM AAK (Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat, BPJS Kesehatan), dr Imran Pambudi MPHM (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kemenkes RI) dan Prof Tjandra Yoga Aditama (Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia-Direktur WHO Asia Tenggara Periode 2018-2020), sebagai narasumber.

BACA JUGA: Merchant QRIS Eks-Karesidenan Pekalongan Capai 371 Ribu, Transaksi 4,8 Juta

Selain itu, hadir pula Adang Bachtiar MD MPH DSc (Dewan Pakar/Ketua Majelis Pertimbangan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia/IAKMI) dan Siswantini Suryandari (Award Winning Journalist Bidang Kesehatan), sebagai penanggap.

Menurut Lestari, kasus ISPA yang meningkat secara signifikan, harus mendapat perhatian yang serius. Karena kasus ISPA mulai meningkat sejak Maret 2023, sempat menurun dan melonjak lagi pada Juli 2023.

Bahkan, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, mengutip catatan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kondisi polusi udara saat ini menyebabkan ISPA pada anak sangat tinggi.

BACA JUGA: Nekat ‘Nyolot’ Nimbrung, Berebut Foto Bareng dengan Bupati

Diakui Rerie, yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, pemerintah sudah melakukan pencegahan, dengan berupaya mengurangi sumber-sumber polutan yang ada saat ini.

Meski begitu, tambah anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, upaya itu membutuhkan kerja sama yang baik dari semua pihak, untuk mendapatkan solusi yang tepat.

Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat, BPJS Kesehatan, Ari Dwi Aryani mengakui, pembiayaan penyakit saluran pernafasan mulai rebound pada Agustus 2023, dan cenderung meningkat dengan penderita terbanyak pada kelompok usia 0-5 tahun.

BACA JUGA: PT PLN dan Stakeholder Kuatkan Sinergi untuk Tingkatkan Layanan Kelistrikan Masyarakat

Menyikapi kondisi itu, tambah Ari, BPJS memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan, agar tidak terjadi waktu tunggu yang panjang, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Ari berharap, pemanfaatan aplikasi layanan kesehatan, seperti mobile JKN, dapat dimanfaatkan masyarakat luas. Selain itu, pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, juga tetap mendapatkan perhatian dengan menanamkan prinsip yang sehat tetap dijaga.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kemenkes RI, Imran Pambudi berpendapat, dalam penanganan polusi di Tanah Air, sebagai salah satu penyebab ISPA, bisa mencontoh Cina dalam mengatasi polusi yang terjadi pada 2013, saat menjadi tuan rumah Olimpiade.

BACA JUGA: Pemkot Semarang Terus Kebut Pembangunan Fasilitas SMPN 45 Semarang

Menurut Imran, dalam kurun waktu tujuh tahun, Cina mampu mengatasi polusi. Sedangkan di Amerika Serikat, polusi baru bisa diatasi dalam waktu 24 tahun.

Upaya China dalam mengatasi polusi, ujar Imran, memang cukup agresif. Pemerintah Negeri Tirai Bambu itu, memasang 5.000 alat monitor kualitas udara di tiga wilayah, dan hasil pantauannya disebarluaskan kepada masyarakat.

”Cina menerapkan lima strategi dalam menekan kadar polusi udara, yaitu mengendalikan emisi gas buang industri dan kendaraan, serta pengendalian debu. Selain itu, Cina juga melakukan penanganan risiko dan dampak kesehatan akibat polusi, serta mengedukasi masyarakat terkait tanggap darurat atasi polusi,” tuturnya.

Saat ini, ungkap Imran, pihaknya berupaya mengukur kualitas udara secara real time, dengan menempatkan 674 alat pemantau kualitas udara, di sejumlah Puskesmas di kawasan Jabodetabek.

Riyan