“Seperti misalnya kami dari Gereja Kristen Jawa berelasi dengan agama lain. Tetapi saat berelasi, kita tidak mengedepankan dogma. Kita lebih mengedepankan relasi sosialnya,” ujar pendeta GKJ Semarang Barat ini.
Gereja membangun kemitraan yang sejajar dengan agama-agama lain, kata Pdt Sediyoko, karena sebagai manusia kita diciptakan sebagai makhluk sosial, yang harus hidup bersama orang lain.
Kelurahan Jomblang dan Bendungan
Sebelum diskusi berlangsung, Kantor Kemenag Kota Semarang me-launcing dua Kampung Moderasi Beragama yaitu di Kelurahan Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur dan Kelurahan Jomblang di Kecamatan Candisari.
Peluncuran Kampung Moderasi Beragama dihadiri pemuka agama Islam, Kristen, Hindu, Konghucu, Kristen, pimpinan FKUB Kota Semarang, para penyuluh agama, Camat Gajahmungkur dan Candisari serta Lurah Jomblang dan Bendungan.
Kepala Kantor Kemenag Kta Semarang H Ahmad Farid mengatakan, setiap orang baik di pemerintahan maupun di bidang keagamaan, selalu menyampaikan perdamaian.
“Suasana damai dan harmonis menjadi harapan, walaupun kini terasa mahal. Keselarasan dan kenyamanan kini mulai terdegradasi. Dulu saling menutupi kekurangan, sekarang apa-apa dibuka,” kata H Ahmad Farid saat memberikan sambutan.
Dia mencontohkan, makin meningkatnya angka perceraian, KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), dan kekerasan teradap anak menunjukkan indikasi bahwa mewujudkan rasa damai itu sulit.
Pembentukan Kampung Moderasi Beragama, katanya, merupakan program prioritas Kementerian Agama. “Moderasi beragama itu sebagai bentuk cinta tanah air dan nasionalisme. Tetapi sekarang ada yang lebih memilih mencintai agama tetapi lupa mereka tinggal di mana,” kata Ahmad Farid.
Mengenai dipilihnya Jomblang dan Bendungan sebagai Kampung Moderasi Beragama, kata dia, karena ada beberapa hal yang terpenuhi. Misalnya adanya komunitas agama yang beragam, ada berbagai tempat ibadah seperti masjid, musala, gereja, pura, atau vihara.
wied