blank
Meramal tentang banyak sedikitnya hujan yang mendasarkan pada hari datangnya Tanggal 1 Sura, dijadikan pedoman kaum tani pedesaan dalam memilih tanaman yang akan dibudidayakan di lahan mereka.(SB/Bambang Pur)

SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Hari jatuhnya Tanggal 1 Sura, ternyata dapat menjadi petung (perhitungan) untuk meramal banyak sedikitnya hujan dalam kurun waktu setahun mendatang. Apakah dalam setahun mendatang akan terjadi banyak hujan atau sebaliknya.

Bagi kaum agraris di pedesaan, petung tersebut sangat berguna untuk menentukan pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan di lahan mereka. Artinya, manakala perhitungannya jatuh pada prediksi tahun basah atau banyak hujan, petani dapat memilih tanaman padi.

Sebaliknya, bila petung-nya jatuh pada ramalan tahun yang tidak banyak hujan, petani dapat memilih untuk menanam palawija. Ini berkaitan erat bahwa tanaman padi memerlukan banyak air, sedang tanaman palawija tidak membutuhkan banyak air.

Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM, menyatakan, petung seperti itu merupakan bentuk local wisdom atau kearifan lokal. Ini menyangkut pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan yang dibuat oleh masyarakat dan dipakai pedoman secara turun menurun.

Pranoto yang abdi dalem Keraton Surakarta, menuturkan, itu sebagaimana kearifan lokal tentang pedoman para nelayan yang menggunakan Lintang Luku untuk pengganti kompas. Yakni pedoman guna menentukan arah mata angin, saat melaut pada malam hari.

Terkait dengan petung tentang banyak sedikitnya hujan yang mendasarkan pada Hari Tanggal 1 Sura, dapat dijumpai pada Buku Primbon Betaljemur. Babon (induk) Buku Primbon ini, milik Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Tjakraningrat, yang dihimpun oleh R Soemodidjojo dan dikeluarkan oleh Buyut (Cucu) KPH Tjakraningrat, Ny Siti Woerjan Soemadiyah Noeradyo.

Respati Mintuna

Karena memakai pedoman hari, maka diperinci ada 7 sifat yang terkait dengan petung tentang prediksi banyak sedikitnya hujan dalam kurun setahun berjalan. Manakala Tanggal 1 Sura jatuh Hari Minggu, disebut Dite Kenaba (Minggu Kelabang). Artinya dalam setahun mendatang curah hujannya kurang.

Bila jatuh Hari Senin, dinamakan Soma Werjita (Senin Cacing) yang berarti hujannya banyak. Ketika jatuh Hari Selasa, disebut Anggara Rekata (Selasa Kepiting) yang artinya banyak hujan. Selanjutnya saat jatuh pada Hari Rabu dinamakan Buda Mahesaba (Rabu Sapi) atau curah hujannya kurang.

Berikut bila jatuh Hari Kamis, disebut Respati Mintuna (Kamis Mimi) yang artinya hujannya sedang. Kemudian bila jatuh Hari Jumat dinamakan Sukra Mangkara (Jumat Udang), artinya akan terjadi banyak hujan. Untuk Hari Sabtu disebut Tumpak Menda (Sabtu Kambing), curah hujannya kurang.

Berdasarkan perhitungan tersebut, ada tiga siklus tahun basah manakala Tanggal 1 Sura-nya jatuh pada Hari Senin (Soma Werjita), Hari Selasa (Anggara Rekata) dan bila Tanggal 1 Sura-nya jatuh Hari Jumat (Sukra Mangkara).

Sebaliknya dalam kurun waktu setahun akan terjadi kurang hujan, manakala Tanggal 1 Sura-nya jatuh pada Hari Rabu (Buda Mahesaba) dan bila jatuh pada Hari Sabtu (Tumpak Menda).

Bagaimana untuk ramalan sekarang ? Dalam perhitungan khuruf (siklus 120 tahunan) Asopon, untuk Tanggal 1 Sura Tahun Jimawal 1957 kali ini jatuh pada Hari Kamis Pahing. Mencermati petung di atas, maka disebut sebagai Tahun Respati Mintuna (Kamis Mimi). Artinya, dalam setahun mendatang, curah hujannya sedang.
Bambang Pur