WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Dengan mengedepankan prinsip-prinsip pengembangan anak usia dini secara holistik-integratif menjadi esensial, merupakan salah satu metodepenurunan angka stunting yang lebih masif.
Utamanya melalui internalisasi pengasuhan balita bagi kader Bina Keluarga Balita (BKB), sebagai pemberi layanan penyuluhan untuk orang tua dan anggota keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak.
Terkait hal tersebut, Pemkab Wonosobo melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Wonosobob dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah melaksanakan kegiatan “Internalisasi Pengasuhan Balita dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting” kepada masyarakat, Rabu (21/6/2023), di Hotel Kresna, setempat.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat menyampaikan, salah satu permasalahan yang menjadi fokus negara adalah tingginya prevalensi stunting anak balita, termasuk di Wonosobo. Sehingga percepatan upaya penanganan stunting menjadi salah satu prioritas ditahun 2023.
“Pencegahan stunting ini tentunya tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tapi butuh peranan dan sinergi dari semua pihak. Saya mengapresiasi semua pihak terkait atas dukungan, terhadap upaya dan langkah strategis penurunan dan pengentasan stunting di daerah ini,” ungkap Bupati.
Menurutnya, pembangunan kapasitas keluarga dalam pengasuhan menjadi aspek penting yang mutlak harus dilakukan. Pasalnya, dari keluarga berkualitas akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas juga dalam mendukung masa depan bangsa.
Mengingat intervensi sangat menentukan dalam mengurangi prevalensi stunting, maka perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau dari anak umur 0 – 2 tahun.
Penurunan Stunting
Praktek pengasuhan yang kurang baik, tambah dia, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah melahirkan, menjadi penyebab utama tingginnya angka stunting saat ini.
“Saya berharap dengan terlaksananya internalisasi pengasuhan ini, secara tidak langsung dapat diikuti implikasi positif meningkatnya pemahaman dan peran para orangtua beserta anggota keluarga lainnya, untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, khususnya pada 1.000 hari pertama jehidupan, yang secara simultan berdampak positif terhadap percepatan penurunan prevalensi stunting,” tandasnya.
Sementara itu, perwakilan BKKBN Jawa Tengah Umi Lailatul menjelaskan, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua balita tentang pentingnya pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan dalam penurunan prevalensi stunting.
“Ini merupakan salah satu program BKKBN Provinsi Jateng yang dilaksanakan di setiap Kabupaten/Kota. Di Wonosobo diikuti 110 peserta dari keluarga yang memiliki baduta, masyarakat dan mitra terkait di wilayah,” jelas Umi.
Diharapkan, melalui kegiatan ini akan meningkatkan pengetahuan keluarga yang memiliki Baduta, masyarakat dan mitra terkait mengenai percepatan penurunan stunting. Secara khusus juga untuk meningkatkan pembaharuan dan pendalaman informasi bagi masyarakat terkait percepatan penurunan stunting.
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait tentang pengasuhan dan tumbuh kembang anak pada periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) agar terhindar dari stunting.
“Diharapkan melalui pertemuan ini yang tidak tahu menjadi tahu, yang tahu menjadi mengerti dan yang mengerti bisa memahami dan menjelaskannya kepada masyarakat yang lain,” pungkasnya.
Muharno Zarka