blank
Ketua LFNU Kabupaten Jepara, Hudi, melakukan pemantauan hilal di Pantai Kartini beberapa waktu lalu. (Foto: Tribunmuria)

Oleh: Hudi, S.H.I.,M.S.I

JEPARA (SUARABARU.ID)- Persoalan perbedaan penentuan awal bulan hijriyah memang cukup komplek, sebab didalamnya terdapat beberapa permasalahan, diantaranya adalah perbedaan kriteria dan perbedaan Matlak (مطلع).

Perbedaan kriteria yang di Indonesia akan berpontensi terdapat perbedaan dalam penentuan awal bulan Zulhiijah 1444 yang berkaitan dengan hari raya Idul adha mendatang. Secara hisab, menjelang awal bulan Zulhijjah 1444 dari wilayah Indonesia yang paling barat yaitu Aceh Besar Nangro Aceh Darusalam adalah Ijtimak (konjungsi) terjadi pada hari Ahad tanggal 18 Juni 2023 pukul 11:38 WIB, pada sore hari  terbenam Matahari pukul 18:53 WIB dengan ketinggian hilal 2,6 derajat dan elongasi 5,5 derajat.

Menurut data astronomi di atas, oleh Ormas Islam Muhammadiyah dengan menggunakan kriteria wujudul hilal (adanya bulan sabit) menetapkan awal bulan Zulhijah 1444 pada hari Senin 19 Juni 2023 dan Idul Adha hari Rabu 28 Juni 2023. Sedangkkan Nahdlatul ulama’ dan Pemerintah RI dengan menggunakan kriteria Imkanur rukyat (hilal kemungkinan dapat dirukyat pada ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat), kemungkinan besar akan menetapkan  awal bulan Zulhijah 1444 pada hari Selasa 20 Juni 2023 dan Idul Adha hari Kamis 29 Juni 2023 karena posisi hilal masih belum mungkin terlihat atau muhal untuk dilihat (istihalah rukyat).

Persoalan lain dalam perbedaan penentuan awal bulan hijriyah adalah perbedaan matlak (luas wilayah atau batas geografis pemberlakuan hukum ketetapan awal bulan hijriyah). Berbagai pendapat para ulama’ fikih tentang matlak, dapat terbagi menjadi tiga pendapat, yaitu :

  1. Mathla’ Masafatul Qashri, yakni pemberlakuan hukum ketetapan awal bulan itu hanya sebatas diperkenankan melakukan shalat qashar, hal ini sesuai pendapat Imam al-Haramain dan Imam Gazali.
  2. Mathla’ Wilayatul Hukmi, istilah lain matlak lokal atau beda matlak (اختلاف المطالع) yakni pemberlakuan hukum ketetapan awal bulan itu untuk seluruh wilayah teritorial wilayah suatu Negara saja, Hal ini sesuai pendapat madzhab Imam Syafi’i, Imam Zaila’i, sebagian madzhab Imam Hanafi, dan Imam malik dalam satu riwayat dari penduduk Madinah, sahabat Imam Malik (Ibnu al-Majisyun dan al-Mugirah), Ikrimah, Qasim, dan Ishaq ibn Rahawiyah.
  3. Mathla’ Global istilah lain satu matlak (اتحاد المطالع)yaitu pemberlakuan hukum ketetapan awal bulan itu untuk seluruh wilayah dipermukaan bumi, Pendapat  ini menurut madzhab Abu Hanifah, Madzhab Ahmad bin Hambal, dan imam Malik yang diriwatkan oleh Ibn al-Qasim dan penduduk Mesir, dan yang di nukil oleh Ibn Mudzir dan Muzni, Imam Laits dan sebagian Madzhab Syafi’i. dan juga tokoh-tokoh timur tengah misalnya Abu Zahrah Ahmad Asy-Syirbani dan Ahmad Syakir.

Dalam perbedaan matlak akan berpotensi terdapat perbedaan Indonesia dengan kerajaan Saudi Arabia yang masing-masing menggunakan matlak wilayatul hukmi sendiri, dan Saudi Arabia lebih dahulu dalam idul Adha 1444 karena posisi hilalnya lebih tinggi. Secara hisab, menjelang awal bulan Zulhijjah 1444 dari Riyadh Saudi arabia Ijtimak (konjungsi) terjadi pada hari Ahad tanggal 18 Juni 2023 pukul 7:38 WSAS, pada sore harinya terbenam Matahari pukul 18:44 WSAS dengan ketinggian hilal 5,4 derajat dan elongasi 6,9 derajat. Menurut data tersebut, dari Saudi Arabia hilal kemungkinan besar akan terlihat pada Ahad sore sehingga awal bulan Zulhijah 1444 ditetapkan pada hari Senin 19 Juni 2023 dan Idul Adha hari Rabu 28 Juni 2023.

Posisi ketingian hilal pada hari Ahad tanggal 18 Juni 2023 waktu terbenam Matahari, dari Saudi Arabia (Riyadh 5,4 derajat) akan lebih tinggi dari pada di Indonesia (Aceh Besar 2,6 derajat) dengan selisih 2,8 derajat karena ada beberapa faktor, diantaranya:

Pertama, letak Saudi Arabia disebelah barat dari Indonesia dengan selisih waktu sekitar 4 jam dari Indonesia. Secara astronomi, perjalanan semu harian Matahari dalam mengelilingi Bumi selama 24 jam (sehari semalam) lebih cepat dari pada perjalanan harian Bulan sekitar 48 menit atau 12 derajat (1 derajat = 4 menit).  Dengan perhitungan, 48 menit dibagi 24 jam dikali 4 jam (48:24×4) hasilnya adalah 8 menit atau 2 derajat untuk ketinggian hilal.

Kedua, posisi hilal disebelah utara yang lebih dekat dengan Saudi Arabia dari pada dengan Indonesia, pada tanggal 18 Juni 2023 tersebut posisi hilal disebelah utara 27,7 derajat dan garis lintang utara Riyadh Saudi Arabia 24,65 derajat sedangkan garis lintang utara Aceh Besar Indonesia hanya 5,58 derajat, dengan selisih tersebut akan menambah nilai ketinggian hilal sekitar 0,8 derajat. Sehingga ketinggian hilal di Riyadh Saudi Arabia adalah 2,6 (Tinggi Hilal Aceh Besar) ditambah 2 derajat (ketertingalan Bulan dalam waktu 4 jama) ditambah 0,8 derajat (garis lintang utara Riyadh lebih dekat dengan posisi Hilal di sebelah utara)  menjadi 5,6 derajat.

(Penulis adalah Ketua Lembaga Falakiyah NU Jepara dan Wakil Dekan FSH UNISNU Jepara)