blank
Ilustrasi penggunaan metavers. Foto: Dok/Freepik

SUARABARU.ID Oleh: Fikri Shofin Mubarok MIKom

Diera society 5.0, konsep metaverse telah menjadi sorotan utama. Metaverse adalah dunia maya yang berfungsi sebagai ruang virtual di mana pengguna dapat berinteraksi, berkomunikasi, dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas dengan menggunakan avatar digital.

Konsep ini bukanlah hal yang baru, namun perkembangan teknologi yang pesat telah membawa kita lebih dekat ke masa depan di mana metaverse akan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Artikel ini akan membahas bagaimana metaverse berkaitan dengan teori Interaksionisme Simbolik, yang mengeksplorasi cara kita memahami dan mengartikan dunia sosial kita melalui simbol-simbol dan interaksi sosial.

Dalam teori Interaksionisme Simbolik, simbol-simbol memiliki peran sentral dalam konstruksi makna dalam interaksi sosial. Simbol-simbol bisa berupa kata-kata, gestur, atau tindakan yang kita gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Metaverse memperluas domain ini dengan menawarkan lingkungan di mana simbol-simbol digital digunakan untuk berkomunikasi. Di dalam metaverse, pengguna menciptakan avatar mereka sendiri, yang merupakan simbol digital yang mewakili diri mereka dalam dunia maya. Komunikasi dalam metaverse terjadi melalui simbol-simbol visual, auditif, dan bahasa.

Dalam metaverse, pengguna tidak hanya berkomunikasi dengan kata-kata dan suara, tetapi juga dengan simbol-simbol visual seperti ekspresi wajah avatar, gerakan tubuh, dan bahkan pakaian yang digunakan. Semua ini adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dalam interaksi sosial. Misalnya, ekspresi wajah avatar dapat digunakan untuk mengekspresikan emosi, seperti senyum untuk menunjukkan kebahagiaan atau frustasi untuk mengindikasikan ketidakpuasan. Dengan demikian, simbol-simbol ini menjadi bahasa yang kompleks dalam metaverse, yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara mendalam dan berarti.

Metaverse juga menggantikan konsep identitas dalam dunia maya. Dalam metaverse, pengguna memiliki kontrol penuh atas penampilan dan identitas avatar mereka. Ini memungkinkan mereka untuk bereksperimen dengan berbagai identitas dan berinteraksi dengan orang lain tanpa batasan fisik dunia nyata. Dengan demikian, metaverse menggambarkan konsep identitas digital yang terkait erat dengan konstruksi sosial. Identitas dalam metaverse tidak hanya ditentukan oleh penampilan fisik, tetapi juga oleh cara pengguna berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Metaverse juga mengubah cara kita berinteraksi sosial. Interaksi dalam metaverse dapat mencakup berbagai aktivitas, mulai dari pertemuan bisnis hingga pertemuan sosial, permainan online, dan banyak lagi. Dalam metaverse, pengguna dapat merasakan kehadiran satu sama lain melalui avatar mereka, meskipun mereka berada di lokasi geografis yang berbeda. Ini menciptakan pengalaman sosial yang mendalam dan menghubungkan orang-orang dari seluruh dunia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Metaverse adalah representasi modern dari teori Interaksionisme Simbolik dalam dunia digital. Di dalam metaverse, simbol-simbol digital menjadi bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Pengguna dapat mengganti identitas mereka dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang beragam.

Masa depan komunikasi dan interaksi sosial akan semakin terpengaruh oleh perkembangan metaverse, dan kita perlu memahami implikasinya dalam memahami dunia sosial kita. Sebagai bagian dari evolusi teknologi, metaverse adalah tonggak penting dalam pengembangan cara kita berinteraksi dan berkomunikasi dalam dunia digital.

  • Fikri Shofin Mubarok MIKom adalah Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung