blank
Ilustrasi depresi. Foto: Dok/freepik.com/mrmohock

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Apa itu depresi? Depresi adalah salah satu jenis gangguan mental yang mempengaruhi perasaan, cara berpikir dan cara bertindak.

Seseorang yang mengalami depresi selalu diliputi kesedihan serta kehilangan minat untuk melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.

Depresi yang tidak segera diatasi akan memicu terjadinya masalah emosional dan fisik, seperti mengalami mood swing, kesulitan berfikir dan berkonsentrasi, apatis terhadap sekitar, memiliki self esteem yang rendah, insomnia, perubahan berat badan, penurunan gairah seksual, dan sakit kepala secara terus menerus (seperti dilansir pada laman Medical News Today).

Pada dasarnya depresi bisa menyerang siapapun, baik pria maupun wanita. Meski begitu, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa wanita memiliki potensi yang lebih tinggi untuk terkena depresi.

Melansir dari Suara.com (Mayo Clinic dan Jhon Hopkins Medicine) ada lima alasan wanita lebih rentan mengalami depresi dibandingkan pria.

1. Masa pubertas

Pubertas adalah masa dimana semua organ utama dan sistem tubuh mengalami proses pematangan, termasuk dalam hal seksual dan fungsi reproduksi (seperti dilansir pada Kids Health).

Menurut sebuah studi dari jurnal Frontiers in Psychology, perubahan psikis pada masa puber juga membuat wanita lebih berisiko mengalami depresi. Kondisi ini bisa terjadi akibat perubahan kadar hormon didalam tubuh wanita, seperti hormon gonad, estrogen, hingga serotonin.

Meski depresi selama pubertas juga bisa dialami oleh pria, namun wanita memiliki risiko 2 hingga 3 kali lebih tinggi untuk mengalaminya. Selain itu, wanita yang mengalami masa pubertas dini juga berpotensi mengalami depresi yang lebih besar.

2. Menstruasi

Saat memasuki masa menstruasi, sebagian besar wanita mengalami sindrom prahaid atau PMS, dengan salah satu gejala berupa mood swing. Jika wanita mengalami banyak tekanan pada fase ini, maka potensi untuk mengalami stres hingga depresi akan semakin meningkat.

Bahkan, pada kasus sindrom prahaid yang parah atau premenstrual dysphoric disorder, gejolak emosional akan terasa lebih kuat dan dapat bertahan meski menstruasi telah selesai. Penelitian mengungkap bahwa kondisi ini dapat terjadi akibat penurunan kadar serotonin yang signifikan di dalam tubuh.

3. Kehamilan

Perubahan hormon di dalam tubuh wanita juga dirasakan saat kondisi hamil. Hal ini jelas memicu perubahan suasana hati atau mood swing yang parah. Selain itu, wanita hamil juga dinilai lebih rentan terhadap stres dan depresi karena mengalami perubahan drastis saat kehamilan, seperti perubahan bentuk badan dan kebiasaan sehari-hari.

4. Perimenopause

Masalah kesehatan di usia tua, rasa sedih ditinggalkan oleh anak-anak yang beranjak dewasa, serta pergolakan hormon yang drastis menunju menopause, menjadi alasan mengapa wanita dalam fase perimenopause memiliki risiko depresi yang lebih tinggi.

5. Faktor lingkungan

Tak hanya hormon, lingkungan juga menjadi alasan mengapa wanita lebih rentan mengalami stres dibandingkan pria. Hal ini umumnya dipicu oleh tekanan dari orang-orang terdekat yang memaksa wanita untuk melakukan peran ganda, yakni sebagai ibu rumah tangga sekaligus pekerja. Kondisi ini tentu menimbulkan stres yang tinggi. Jika tidak segera diatasi, maka potensi mengalami depresi menjadi tak terhindarkan.

Saat wanita sedang mengalami stres akibat perubahan hormonal ataupun faktor lingkungan, maka tugas seorang pria dan orang-orang terdekatnya adalah memberikan support system yang baik. Sehingga gejolak emosional yang dirasakan dapat diredam dan terhindar dari depresi.

Itulah lima alasan wanita lebih rentan mengalami depresi dibandingkan pria. Semoga bermanfaat!

Ning S