Oleh: Fahmi Bajuri

JEPARA (SUARABARU.ID)- Festival Memeden Gadhu merupakan sebuah event tahunan yang tumbuh dan berkembang di dukuh Karang Sari (Mbolem) Desa Kepuk Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.

Memeden Gadhu dalam bahasa Indonesia disebut dengan orang – orangan sawah, yang dibuat oleh tangan – tangan kreatif para petani dari bahan dasar lamen (jerami), untuk membantu kerja mereka dalam menakuti hama yang ada di sawah.

Tercetusnya kegiatan festival memeden gadhu, berawal dari kegelisahan pemuda Karang Sari Desa kepuk dalam melihat situasi dan keadaan di tempat tinggalnya.

Mereka berfikir sekiranya apa yang bisa digali dari potensi tempat tinggalnya. Menurut mereka, daerahnya termasuk minim potensi untuk dieksplore. Tidak ada tempat yang menjual untuk bisa dijadikan wisata, maupun ikonik yang menarik.

Mereka bersepakat membuat gerakkan budaya kemudian terbentuklah Organisasi yang bernama GAMAPETRA (Gabungan masyarakat Peduli Tradisi dan Budaya). Bapak Jatmiko kemudian didapuk sebagai ketuanya.

Melihat kondisi yang demikian, akhirnya mereka mencoba untuk berfikir dari sudut pandang lain. Masyarakat Dukuh Karang Sari atau dikenal dengan Mbolem saat itu memang sebagian besar bekerja sebagai petani, kesehariannya menghabiskan waktu di ladang sawah mereka masing-masing.

Pasca musim panen tiba, batang padi (jerami) yang sudah tidak terpakai sangat bersimpah ruah, bertumpuk – tumpuk di tengah maupun dipojokan ladang sawah mereka. Hal inilah kemudian yang direspon Gamapetra untuk membuat sebuah memeden gadhu yang nantinya akan dipamerkan.

Kegiatan Festival Memeden Gadhu juga memiliki tujuan untuk meningkatkan gotong royong antar masyarakat setempat, dan sebagai bentuk perlawanan dari kebiasaan masyarakat setempat yang terlanjur lebih suka musik dangdut daripada kesenian budaya yang ada, seperti tayub, emprak dan lainnya.

Selain itu, Festival Memeden Gadhu menjadi rangkaian dari kegiatan “manganan” (tradisi makan bersama seluruh masyarakat setempat) di makam Mbah Mbolem (tokoh sejarah) sebagai wujud syukur para masyarakat atas rizky yang didapat, dan juga sebagai tolak bala’, agar dijauhkan dari mara bahaya.

Terhitung sejak 14 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2009 Festival Memeden Gadhu sudah disajikan. Setiap tahunnya mampu memeberikan gebrakan dan inovasi dalam upaya melestarikan seni budaya maupun untuk mengenalkan Desa Kepuk ke kancah Nasional.

Gamapetra berharap dalam pelaksanaan Festival Memeden Gadhu tahun ini, dapat mengenalkan festival maupun desa Kepuk sendiri ke kancah Nasional, serta dapat menjadi ajang guyub rukun dan gotong – royong dari warga setempat. Selain itu mereka juga ingin adanya peningkatan disetiap tahunnya dalam kreasi dan inovasi acara maupun dalam pembuatan ikon memeden gadhu.

Seperti pelaksanaan tahun ini, dari panitia yang diketuai Sutrisno, memberikan inovasi dalam acara seperti menwarkan adanya kemah dan njagong budaya, pesta layang-layang, temu ketapel Jateng-DIY, bazar UMKM, lomba menggambar dan mewarnai, serta kemasan acara lainnya.

Lebih dari itu, pada pelaksanaan kali ini juga, Festival Memeden Gadhu akan memberikan suguhan seni kreasi dari masyarakat setempat, seperti musik gamelan, barongan, tari-tarian dan lain-lainnya. Yang pasti ini merupakan hasil dari kreasi warga kulon Mbolem Desa Kepuk, tentu dalam menyukseskan acara tersebut.

Tidak hanya anak-anak kecil, namun mulai dari remaja hingga orang tua semua ikut terlibat selama beberapa bulan untuk mempersiapkan suguhan dan acara Festival Memeden Gadhu. Mereka siap untuk menjadi tuan rumah yang ramah dan menyenangkan bagi para pengunjung dari luar desa maupun luar kota.

Menutup tulisan ini, salam hangat dari para warga Kulon Mbolem Desa Kepuk Kecamatan Bangsri untuk para pembaca. Festival Memeden Gadhu #14 Guyub Ing Gawe.

(Penulis adalah pegiat seni di Jepara, anggota Lesbumi PCNU Jepara dan anggota kelompok Teater Tuman Unisnu)