blank
Wabup Wonosobo M Albar ketika dialog dengan penggiat bank sampah di Taman Plaza. Foto : SB/dok Prokompim

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Wakil Bupati Wonosobo M Albar menyebut sampah masih menjadi permasalahan global. Wonosobo sebagai tempat tujuan wisata tak luput dari gempuran masalah persampahan tersebut, seiring tingginya kunjungan wisatawan.

“Namun tidak dipungkiri sampah rumah tangga dan eampah sejenis rumah tangga juga berperan bersar dan ikut menyumbang tingginya sampah yang ditimbulkan,” ujarnya dalam dialog dengan pengiat lingkungan dan pengelolaan sampah di Taman Plaza.

Menurut Gus Albar-demikian dia kerap dipanggil-Pemkab Wonosobo saat ini masih terus berbenah dan melakukan berbagai upaya dalam penanganan dan pengelolaan sampah ini. Demi mewujudkan Wonosobo Mandiri Sampah 2024.

“Perlu ada upaya-upaya yang strategis, dalam rangka pengelolaan sampah. Baik melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan menerapkan gerakan reduce, reuse dan recycle (3R),” tegasnya.

Dalam Perda Wonosobo No 4 tahun 2016 tentang Pengelolaan Sampah, lamjut dia, ada perubahan paradigma pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, akan tetapi perlu adanya keterlibatan peran serta masyarakat dan pemerintah desa dalam rangka menuju pembangunan desa.

“Perlu adanya upaya-upaya yang strategis, dalam rangka pengelolaan sampah, baik melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip 3R, serta mengubah paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir dengan paradigma baru pengelolaan sampah”, katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Endang Lisdyaningsih, mengatakan pihaknya sudah melakukan penerapan pengurangan timbunan sampah yang dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2022 lalu, yakni tahapan pengurangan dari timbunan sampah masuk maksimal 50 persen dari kondisi awal.

TPA Overload

blank
Para pegiat bank sampah saat dialog dengan Wabup Wonosobo M Albar. Foto : SB/dok Prokompim

Kemudian, lanjutnya, pada 1 Januari 2023 penerapan maksimal 30 persen residu sampah yang masuk TPA. Jika lebih akan dilakukan pengembalian/ditolak bagi yang melanggar perjanjian jerjasama yang disepakati saat memasuki jembatan timbang.

“Kondisi TPA Wonorejo sudah sangat memprihatinkan. Tahun 2022 lalu, setiap harinya menerima kiriman sampah hingga 150 ton. Bahkan belum lama ini, paska lebaran kemarin sampah yang masuk TPA Wonorejo mencapai 30 ton. Itu yang menyebabkan TPA Wonorejo overload,” ungkap Endang.

Karena itu, melalui peran penggiat bank sampah, yang tersebar di seluruh wilayah Wonosobo sudah mulai dirasakan manfaatnya. Berbagai inovasi telah mereka munculkan. Sehingga hal itu, bisa menghindari penumpukan sampah di satu tempat.

“Desa Wonosroyo Watumalang misalnya, mampu mengelola sampah organik. Desa Jojogan Kejajar berinovasiembuat alat pembakaran sampah organik dan a-norganik menggunakan drum bekas dan oli bekas. Abu hasil pembakaran digunakan untuk menetralisir dan mengurangi keasaman tanah,” tuturnya.

Sementara itu, di Desa Jojogan Kejajar memberikan nama pada inovasinya dengan “Apsonik”, yakni alat yang digunakan untuk pembakaran sampah organik dan anorganik. Sampah yang tidak berguna dimusnahkan dengan cara dibakar sehingga tidak mensisakan sampah baru.

Penggiat Bank Sampah, dari Kaliwiro Eni Safitri menyampaikan penanganan permasalahan sampah bisa dimulai dari rumah tangga. Karena volume sampah terbesar dari rumah tangga dan sampah dari pasar tradisional.

“Jadi kesadaran dalam memperlakukan sampah bisa dimulai dari lingkungan terkecil, kekuarga. Dengan memilah, memilih dan tidak membuang sampah sembarangan. Sampah pun bisa dikelola dengan baik,” tandasnya.

Muharno Zarka