JEPARA (SUARABARU.ID) – PLN melalui Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (UIK Tanjung Jati B) kembali memberikan bantuan TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan) untuk penghijauan lingkungan sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat. Bantuan berupa 12.000 bibit tanaman indigofera kepada kelompok tani Desa Somosari, Jepara pada Selasa ( 18/4- 2023|). Bantuan ini diterima oleh ketua kelompok tani Desa Somosari, Samian Ahmad.
Bantuan 12.000 bibit tanaman indigofera ini akan ditanam pada lahan tanah bengkok desa Somosari seluas 2 hektar. Bibit tanaman indigofera ini akan digunakan untuk merintis dan mengembangkan usaha agroforestry di Desa Somosari. Tujuan utamanya yaitu memanfaatkan secara optimal dan melestarikan lahan yang kurang atau tidak produktif, untuk dikelola agar menjadi lahan yang memiliki nilai tambah ekonomi tanpa mengurangi nilai konservasinya.
Tanaman Indigofera utamanya akan dimanfaatkan sebagai penghijauan lahan sekaligus menjadi pakan ternak. Daun Indigofera bisa diolah menjadi tepung, hay, silase,dan pelet dengan cara yang cukup mudah dan kemudian sebagai pakan ternak seperti kambing, domba, ayam, entok dan kelinci.
Samian Ahmad, ketua kelompok tani Desa Somosari mengungkapkan rasa terima kasih dan kegembiraannya atas bantuan bibit tanaman Indigofera yang diberikan oleh PLN UIK Tanjung Jati B.
Ia mengatakan bahwa bantuan ini sangat membantu dalam mengembangkan usaha agroforestry di desanya dan juga dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa Sumosari .
“Penanaman ini saya sangat suka soalnya bisa memberikan manfaat untuk ternak, kalau sudah tumbuh besar bisa dipotong untuk pakan ternak. Tanaman indigofera sangat bagus untuk pakan ternak sekaligus juga bisa menyuburkan tanah. Besok sudah akan kita mulai tanam bersama warga yang lain.” ungkapnya.
General Manager PLN UIK Tanjung Jati B, Hari Cahyono, menjelaskan bahwa bantuan bibit tanaman indigofera ini akan memberikan manfaat penghijauan lingkungan yang tinggi.
Menurut Hari Cahyono, tanaman indigofera akan menjadi tanaman penutup tanah yang dapat menekan tumbuhnya gulma serta meningkatkan kualitas atau menyuburkan tanah. Dalam waktu 5 bulan setelah ditanam, indigofera sudah bisa dipanen, kemudian tiap 2 bulan sekali juga bisa dipanen lagi, dipotong tumbuh lagi.
“Bagusnya lagi indigofera ini bisa tumbuh di lahan yang kering atau tidak produktif. Nanti petani desa Sumosari akan bisa mengolahnya menjadi hay, silase, fermentasi, tepung untuk dijual. Harga 1 kg daun indigofera mencapai Rp. 40.000,-. Sehingga selain penghijauan lingkungan, juga menjadi pemberdayaan masyarakat serta meningkatkan perekonomiannya,” tutur Hari.
Dengan adanya bantuan bibit tanaman indigofera ini, diharapkan masyarakat di Desa Somosari dapat terbantu dalam mengembangkan usaha agroforestry mereka. “Selain membantu rehabilitasi lahan kritis untuk mewujudkan terbinanya lingkungan hidup sehat dan pelestarian sumber daya alam, usaha agroforestry juga dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar,” pungkas Hari Cahyono.
Hadepe