Amir Machmud NS
Malam Seribu Bulan (1)
ingin kujemput Lailatulkadar di setiap jendela hidupku
kusapa dengan sederas zikir
kurengkuh dengan sebening pikir
sesejuk ini mengalir udara dinihari
sehening angin yang seolah berhenti
selembut tarhim menelusup langit
ingin kuraih Lailatulkadar di setiap waktu
kupanggil dengan serak sunyi takbir
kupeluk dengan riuh detak hati
“takdirmu belum tiba,” nuraniku berbisik
: lipatkanlah sujud
bersama dedaun yang takzim menjura
bersama gemintang redup mengerlap
bersama bulan yang menunduk berjeda
“ikatlah malam dengan syahdu syukur,” getar itu menyapa
o, belum cukupkah rupanya syukurku
tak kulihat malaikat yang bertafakur
bersenyum damai meninggalkan bumi
jendela-jendela kubiarkan terbuka
biarlah menangkap desir yang mengalir
sejernih ini menyatu dengan teduh langit
selembut ini menyiram tubuh gemetar
membahasakan ketakjuban.
(2023)
Amir Machmud NS
Malam Seribu Bulan (2)
sepuitis ini semesta berjaga
menunggu malam seribu bulan
di relung hening mensyahdukan
di ujung dinihari menghanyutkan
di lipatan hati merindukan
seelok ini rasa meronta
menanti malam seribu bulan
menyemburatkan cahaya cinta
mengendapkan geletar rasa
tafakur menggayuh jalan utama
tak kulepas menatap langit
dalam jiwa yang menciut
di haribaan kuasa-Nya
: malaikat, engkaukah yang tiba?
(2023)
Amir Machmud NS
Malam Seribu Bulan (3)
cahaya takkan kau temui kasat mata
ia akan memukim di rongga rasa
andai datang menjadi karuniamu
sepoi lembut takkan kau rasakan membelai kulitmu
ia akan mengalir di pori-pori hidup
andai kau terpilih mendapatkannya
elok semesta takkan menjadi bius konser nurani
ia akan menyatu dalam laku
andai kau terguyur kesaksian syahdunya.
(2023)
— Amir Machmud NS; wartawan dan penyair. Dia telah menerbitkan enam antologi tunggal puisi. Juga masuk dalam sejumlah antologi bersama. Puisi-puisinya tersebar di berbagai media.