Megengan dan Padusan, merupakan tradisi mapak (menjemput) Tanggal Satu Bulan Puasa. Dalam Penanggalan Jawa, Bulan Puasa kali ini masuk dalam Tahun Ehe 1956 Windu Sancaya atau Bulan Ramadan 1444 H. Yakni jatuh pada Hari Kamis 23 Maret 2023. Masuk dalam naungan Wuku Wuye Mangsa Kasanga.
Berdasarkan Penanggalan Jawa tersebut, agenda Megengan-nya, biasa digelar Rabu petang atau Rabu malam besok (22/3). Dalam Buku Bauwarna Tata Cara Jawa, karangan Drs R Harmanto Bratasiswara (Yayasan Suryasumirat, Jakarta 2000), Megengan adalah puncak persiapan menyongsong hari pertama Puasa Ramadan.
Megengan juga merupakan ritual acara penutup Pamulen Ruwahan (penghormatan para leluhur di Bulan Ruwah), sekaligus persiapan terakhir menyongsong datangnya ibadah Bulan Puasa.
Untuk melakukan Megengan, masyarakat Jawa lazimnya menyediakan sesaji khusus di rumahnya masing-masing, untuk memaknai keberadaan para arwah leluhurnya. Yakni Kue Ruwahan terdiri atas kolak ketan, apem, bersama kesukaan leluhur tatkala masih hidup, seperti minuman teh, kopi, rokok, kinangan dan lain-lain.
Serangkaian sesaji Megengan itu, menjadi pelengkap dalam menggelar ritual kenduri selamatan. Menjadi sarana untuk mengenang para leluhur, juga sebagai kelengkapan berdoa guna memohonkan maaf atas dosa dan kesalahan para leluhur, agar mendapatkan anugerah sampurnaning pati (meninggal yang sempurna).
Padusan
Penyebutan sampurnaning pati, dapat diartikan Tuhan memberikan anugerah kepada roh arwah leluhur dapat Mulih Marang Mula Nira (kembali ke haribaan Tuhan) atau Inalillahi wa inalillahi rojiun.
Ritual Megengan, juga menjadi sarana tradisi Unggah-unggahan atau pernyataan sikap siap menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan. Secara filosofis, tradisi Megengan dimaknai sebagai bentuk kesiapan untuk menahan atau ngempet (megeng) hawa napsu, guna menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadan.
Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM, mengatakan, Megengan merupakan bagian dari bentuk local wisdom atau kearifan lokal. ”Yang telah mentradisi secara run temurun di masyarakat Jawa,” tutur Pranoto yang juga Abdi Dalem Keranton Surakarta ini.
Terkait Padusan, masyarakat Wonogiri ada yang melakukan di Kedung Pasiraman Kali Kahyangan, Yakni objek wisata spiritual di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Ini berkaitan dengan Kahyangan sebagai petilasan pertapaan Danang Sutawijaya atau Panembahan Senapati, yang sukses sebagai tokoh pendiri dinasti Mataram Islam Tanah Jawa.
Atau ke Sendang Siwani di Desa Singadutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Yakni tempat petilasan pertapaan Raden Mas (RM) Said atau Pangeran Sambernyawa, yang berhasil menjadi tokoh pendiri dinasti Mangkunegaran Surakarta.
Bambang Pur