JEPARA (SUARABARU.ID)- Setiap menjelang bulan Ramadhan, bertepatan di bulan Nisyfu Sya’ban, masyarakat Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara mempunyai tradisi unik yang disebut dengan “Baratan”. Baratan merupakan tradisi yang sudah dilakukan secara turun menurun oleh masyarakat Kalinyamatan.
Masyarakat akan menyambut tradisi Baratan tersebut dengan cara beramai-ramai membersihkan serta menghias masjid atau mushala. Selain itu masyarakat akan menyalakan lilin, obor, impes di depan rumah masing-masing, dengan anak-anak muda membawa obor mengelilingi kampung.
Dalam wawancara via WatsApp, Nur Hidayat, salah satu warga Kalinyamatan yang juga Anggota DPRD Jepara mengatakan, Baratan diambil dari istilah bahasa arab “Baroatan” yang berarti lembaran. “Filosofi Baratan ini memang penuh dengan makna, pada tanggal 15 Sya’ban merupakan pergantian lembaran catatan amal perbuatan manusia menjelang Bulan Ramadhan. Lembaran itu habis untuk mencatat amal yang lama diganti dengan yang baru”, kata Nur Hidayat.
“Jadi, makna dari tradisi Baratan adalah, di malam Nisfu Sya’ban ini dengan kita menyalakan obor, lilin, serta impes dan pawai keliling kampung, maka suasana akan menjadi terang. harapanya catatan amal warga sekampung akan berubah menjadi terang atau baik”, lanjut Anggota Komisi C tersebut.
Lebih jauh Nur Hidayat mengatakan, pagelaran pesta Baratan zaman dulu tidak sebesar sekarang. “Zaman dulu, Baratan hanya dilakukan anak-anak berjalan mengelilingi kampung dengan membawa impes, obor, dengan meneriakkan yel-yel ritmis “tong tong jik tong jeder, pak kaji nabuh jeder”, dan sebagian lainnya melantunkan shalawat Nabi”.
Ada satu lagi yang lebih unik, pesta Baratan merupakan tradisi yang dirayakan tiga desa yakni Desa Robayan, Desa Kriyan, dan Desa Bakalan. Ketiga desa ini menurut catatan sejarah Jepara, merupakan desa yang terdapat di dalam tembok benteng Keraton Kalinyamat.
“Maka, tradisi baratan atau Pesta baratan ini dikemas dengan mengusung tema iring-iringan Ratu Kalinyamat beserta pasukannya”, beber politisi Partai Nasdem tersebut, yang juga pembina komunitas seni di Kalinyamatan.
Saat ini pesta Baratan sudah menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara dan menjadi event wisata Kota Jepara. “Secara umum kebiasaan masyarakat dulu masih dipertahankan, hanya saja ditambah dengan kemasan pentas seni dan pawai Ratu Kalinyamat beserta pasukannya. Harapannya dengan digelarnya Baratan generasi sekarang akan mampu memahami sosok Ratu Kalinyamat, serta nilai-nilai uang sang ratu”, pungkas Nur Hidayat.
ua