SEMARANG (SUARABARU.ID) – Universitas Semarang (USM) adalah contoh mahasiswa yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai kampus kebangsaan. Hal tersebut diungkapkan oleh Pasi Intel Kodim 0733-BS Semarang, Mayor Infantri Arif Rahman Hakim Wambrauw pada kegiatan Santiaji Wawasan Kebangsaan pada Selasa (28/02).
Dalam kegiatan ini, Arif menyampaikan materi bertajuk “Peran Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara dalam Meningkatkan Daya Saing Pemuda di Era Persaingan Global”.
Menurutnya, kampus merupakan salah satu tempat untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Dia berharap, USM dapat menjadi kampus kebangsaan yang mengamalkan nilai Pancasila.
”Saya berharap, USM dapat menjadi kampus kebangsaan yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang bisa dijadikan contoh bagi mahasiswa yaitu meliputi penyatuan komitmen untuk mendukung Pancasila, menjadikan kampus sebagai tempat belajar dan tempat praktik atau aktualisasi nilai-nilai Pancasila,” katanya.
Sementara itu, kegiatan yang memiliki tema “Reaktualisasi Nilai-Nilai Kebangsaan Menuju Wisudawan USM Unggul dan Berkarakter” ini dihadiri 1313 peserta, terdiri atas 200 peserta hadir secara offline di Gedung Auditorium Ir.Widjatmoko USM dan sisanya melalui zoom meeting.
Menurut Mayor Infantri, tantangan bagi generasi muda masa kini adalah mempertahankan serta mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Salah satunya dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, contohnya dengan cara disiplin baik dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
”Salah satu hal penting untuk mengamalkan nilai Pancasila adalah disiplin baik dari diri sendiri maupun ke lingkungan sekitar, misalnya disiplin patuh dan taat pada peraturan, bersungguh-sungguh serta tidak mengenal putus asa,” ujarnya.
Dia menambahkan, ada berbagai masalah karakter masyarakat saat ini yang terkadang belum Pancasilais dikarenakan msyarakat memiliki sifat heterogen.
”Saya berpesan kepada mahasiswa yang akan lulus, agar saat kembali pada lingkungan masyarakat untuk menularkan hal-hal positif, mengingat berbagai problem dari karakter masyarakat yang heterogen atau bermacam-macam yang saat ini memang terkadang belum Pancasilais,” tandasnya.
Muhaimin